Assalamu’alaikum Wr. Wb.
—Saat aku menuliskan surat ini.. sungguh aku serius, sangat
serius. Meskipun aku bukan orang yang sudah bersiap menyambutmu, karena masih
banyak mimpi yang harus ku kejar. Tetapi yakinlah, dalam mimpiku selalu
terselip kamu, masa depanku nanti—
Hai, kamu. Masa depanku. Apa kabarmu disana? Apa kamu
baik-baik saja? Ku harap iya. Aku disini juga baik-baik saja.
Kamu.. masa depanku. Jangan pernah lelah menanti. Aku pun
menantimu disini. Kita akan bertemu di waktu yang tepat.
Aku ingin memberi tahu kamu sesuatu tatkala aku mengingat
tenang masa depan. Aku selalu ingat tentang tiga hal yang mengendap dalam
benakku.
Pertama, tentang diriku sendiri. Aku tidak tahu bagaimana
diriku di masa depan. Apa aku bisa sukses? Apa aku bisa membanggakan diriku dan
orang-orang di sekitarku? Apa aku hanya bisa terpuruk dengan masa lalu? Ya, bayang-bayang
masa lalu saja menghantui. Mereka belum sepenuhnya lepas. Mereka masih saja
menggodaku untuk kembali jatuh. Mereka masih mengejarku saat aku berusaha
berlari. Dan mereka masih mencoba menjatuhkanku saat aku kembali bangkit. Rasanya,
hanya waktu yang bisa menjawabnya. Dan doa, yang selalu aku rapalkan setiap
waktu. Aku percaya, hanya pada Dia aku menggantungkan segala harap setelah
usaha. Tentang diriku sendiri untuk masa depanku, kamu harus tahu.. aku punya
segudang mimpi!
Kedua, perihal keluargaku. Perihal yang sulit untuk
dikatakan. Bahkan sampai saat ini aku masih bertanya, apakah aku sudah menjadi
orang yang berguna bagi keluargaku? Rasa-rasanya belum seutuhnya aku dianggap
demikian. Di masa yang akan datang nanti, semoga kelak harapanku ini
terkabulkan. Ya, masa depan nanti.
Image by Google (with edit) |
Dan terakhir, perkara kamu.. orang yang akan mendampingiku
kelak. Surat ini ku tujukan padamu. Saat aku menuliskan semua ini. Aku
sedang memimpikanmu. Seperti apakah sosokmu nanti? Aku tidak tahu. Apakah nanti
kamu sepadan denganku? Ataukah berada diatasku? Atau mungkin berada dibawahku? Aku
pun tidak tahu. Aku tidak peduli. Aku hanya peduli, pada tangan yang akan
menjabat tangan ayahku nanti, kamu adalah seorang imam yang diciptakan-Nya.
Kamu adalah orang yang bertanggung jawab. Kamu adalah orang yang akan menemaniku
mewujudkan mimpi-mimpiku. Kamu adalah orang yang sama-sama berjalan menuju
jalan-Nya, menunjukkan cinta sebenar cinta, pada Dia.. yang memberi hidup.
Sekian surat dariku, semoga saat kamu membacanya, kamu sudah
menemukanku!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar