Kamis, 26 Januari 2017

#Day9KF : Surat Untukmu, Masa Depanku.


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

—Saat aku menuliskan surat ini.. sungguh aku serius, sangat serius. Meskipun aku bukan orang yang sudah bersiap menyambutmu, karena masih banyak mimpi yang harus ku kejar. Tetapi yakinlah, dalam mimpiku selalu terselip kamu, masa depanku nanti—

Hai, kamu. Masa depanku. Apa kabarmu disana? Apa kamu baik-baik saja? Ku harap iya. Aku disini juga baik-baik saja.
Kamu.. masa depanku. Jangan pernah lelah menanti. Aku pun menantimu disini. Kita akan bertemu di waktu yang tepat.
Aku ingin memberi tahu kamu sesuatu tatkala aku mengingat tenang masa depan. Aku selalu ingat tentang tiga hal yang mengendap dalam benakku.
Pertama, tentang diriku sendiri. Aku tidak tahu bagaimana diriku di masa depan. Apa aku bisa sukses? Apa aku bisa membanggakan diriku dan orang-orang di sekitarku? Apa aku hanya bisa terpuruk dengan masa lalu? Ya, bayang-bayang masa lalu saja menghantui. Mereka belum sepenuhnya lepas. Mereka masih saja menggodaku untuk kembali jatuh. Mereka masih mengejarku saat aku berusaha berlari. Dan mereka masih mencoba menjatuhkanku saat aku kembali bangkit. Rasanya, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Dan doa, yang selalu aku rapalkan setiap waktu. Aku percaya, hanya pada Dia aku menggantungkan segala harap setelah usaha. Tentang diriku sendiri untuk masa depanku, kamu harus tahu.. aku punya segudang mimpi! 

Kedua, perihal keluargaku. Perihal yang sulit untuk dikatakan. Bahkan sampai saat ini aku masih bertanya, apakah aku sudah menjadi orang yang berguna bagi keluargaku? Rasa-rasanya belum seutuhnya aku dianggap demikian. Di masa yang akan datang nanti, semoga kelak harapanku ini terkabulkan. Ya, masa depan nanti.

Image by Google (with edit)
Dan terakhir, perkara kamu.. orang yang akan mendampingiku kelak. Surat ini ku tujukan padamu. Saat aku menuliskan semua ini. Aku sedang memimpikanmu. Seperti apakah sosokmu nanti? Aku tidak tahu. Apakah nanti kamu sepadan denganku? Ataukah berada diatasku? Atau mungkin berada dibawahku? Aku pun tidak tahu. Aku tidak peduli. Aku hanya peduli, pada tangan yang akan menjabat tangan ayahku nanti, kamu adalah seorang imam yang diciptakan-Nya. Kamu adalah orang yang bertanggung jawab. Kamu adalah orang yang akan menemaniku mewujudkan mimpi-mimpiku. Kamu adalah orang yang sama-sama berjalan menuju jalan-Nya, menunjukkan cinta sebenar cinta, pada Dia.. yang memberi hidup.

Sekian surat dariku, semoga saat kamu membacanya, kamu sudah menemukanku!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar