Rabu, 10 Oktober 2018

[REVIEW BUKU]: HELLO SALMA - ERISCA FEBRIANI

Selamat siang, teman-teman! 😉
Judul Buku : HELLO SALMA
Penulis : ERISCA FEBRIANI
Penerbit : COCONUT BOOKS (PT Bumi Semesta Media)
Tebal Buku : 384 halaman
Tahun Terbit : Maret, 2018 (Cetakan Pertama)

SINOPSIS    :
“Kata ‘putus’ sedemikian gampangnya keluar dari mulut kamu? Emang saya yang terus berjuang, tapi yang diperjuangin juga jangan seenaknya.” Itu kalimat terakhir yang keluar dari bibir Nathan setelah tahu Salma dengan mudah memutuskan hubungan mereka. Merasa kalau perjuangan cintanya tidak dihargai Salma, Nathan memilih pergi dan pindah ke sekolah baru karena sebuah masalah.
Kehidupan Salma sepeninggal Nathan pun terasa membosankan dan melelahkan, apalagi orangtuanya menuntut dia untuk selau belajar agar masuk fakultas kedokteran seperti yang diinginkan ayahnya.
Sementara itu, di sekolah baru, Nathan bertemu dengan seorang gadis tertutup korban perundungan akibat status-status menyedihkan yang ditulisnya di media sosial. Rebecca, gadis itu mengingatkannya pada ibunya. Dia bertekad menyelamatkan gadis itu dari keterpurukan.
Bagaimana kisah Salma dan Nathan selanjutnya? Apakah takdir akan menggariskan tangan mereka kembali bertautan atau justru berbalik arah?

REVIEW     :
Novel Hello Salma adalah novel sekuel dari Dear Nathan yang ditulis oleh Erisca Febriani. Penulis yang akrab disapa Eris atau Risca ini mempunyai hobi menulis, yang merupakan salah satu hobi yang digelutinya sejak SMP. Saat ini tengah menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Alasan aku membaca novel ini karena aku pengen tahu kelanjutan kisah Nathan dan Salma. Biasanya kalau novel pertamanya udah bikin bosen, aku nggak akan lanjut. Tapi kali ini beda… aku excited banget buat baca dan merampungkan kisah mereka. Wohooo! 🙌

౦౦౦౦౦

Novel ini bercerita tentang kisah Salma setelah ditinggalkan Nathan. Dia memilih pindah sekolah dan putus dari Salma. Kehidupan Salma terasa membosankan, apalagi orang tuanya menekan dia buat masuk fakultas kedokteran, akan tetapi ternyata nilai Salma tidak mencukupi. Jadilah Salma putus asa dan menutup diri dari orang-orang terdekatnya, termasuk dengan teman-temannya. Salma kacau dan depresi. Sementara itu, di sekolah yang baru, Nathan bertemu dengan Rebecca, gadis yang di-bully karena status-statusnya di media sosial. Rebecca menulis status berisi curhat atas kondisi keluarganya. Ketika Rebecca benar-benar muak dengan kehidupannya, Nathan hadir dan menyelamatkannya. Rebecca bangkit dan mempertemukan kembali kehidupannya, lantas dia membuat komunitas “Love Yourself” yang justru mempertemukan kembali Nathan dan Salma.

QUOTES TER-GEMESSS:
“Gue tuh udah belajar memahami lo dari dulu, gue udah khatam.” --- Nathan
(hal. 226)

Dalam novel ini, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, sama seperti novel sebelumnya. Gaya bahasa yang dipakai mudah dipahami, cocok dengan tema-nya tentang sekolah dan dekat kehidupan sehari-hari. Alur yang digunakan adalah alur maju, tapi sesekali kita diajak mundur untuk mengingat beberapa kejadian dari cerita sebelumnya.

Lewat novel ini aku belajar beberapa hal :
  1. Aku suka tokoh Nathan yang bebas memilih yang dia mau, bandel dan jail, meskipun dilain sisi dia juga bertanggungjawab dengan pilihannya dan berpegang pada prinsipnya. Satu kalimat yang bikin aku suka dari Nathan: “Males jadi orang pintar. Orang pintar itu terlalu serius, hidupnya ambisius. Hidup kayak gitu tuh capek, kayak hidup dalam arena balapan. Fokusnya cuma satu, mau jadi yang paling terdepan, jadinya lupa untuk mengamati sekeliling, lupa kalo ada banyak hal lebih penting dan lebih menyenangkan di dekatnya dibandingkan fokus di depan. Mending juga gini, nggak usah pinter-pinter amat, tapi jangan terlalu bego.” (hal. 57)

  2. Aku belajar untuk peduli sama temen atau sekitarku, seperti sikap Nathan ke Rebecca, ada satu kutipan yang bikin aku termotivasi untuk peduli: “…karena kita semua berhak untuk bahagia, dan berhak untuk merasa kalau kita di dunia ini nggak hidup sendirian. To you, the strongest people ever created. Just remember, you are loved.” (hal. 181)

  3. Aku juga belajar supaya besok kalau jadi orang tua buat nggak mengekang keinginan anakku. Aku belajar hal itu dari Salma, dari kutipan ini: “Kedengarannya egois, tapi aku tahu apa yang aku mau aku raih karena aku yang bakal jalani hidup aku ke depannya. Aku nggak mau selalu bergantung sama Mama dan Papa.” (hal. 342)
Di novel ini aku juga masih menyukai tokoh Nathan, secara hidupku emang nggak jauh-jauh mirip sama Nathan, bedanya dia cowok dan aku cewek *minta dijitak 😂* Seperti komentarku sebelumnya, banyak sekali cerita-cerita SMA dengan tokoh yang begitu-begitu aja, tapi penulis mampu membangun tokoh dengan ciri khas-nya sendiri, yang menurutku itu membuat pembaca tertarik untuk membaca kelanjutan kisahnya di novel ini.

Menurutku, novel Hello Salma ini isinya lebih padat dan ceritanya lebih terfokus dari sekuel yang pertama. Ceritanya tidak bertele-tele tapi juga tidak terburu-buru. Sudah pas kalau menurutku dan juga sudah menuntaskan sekuel Dear Nathan-Hello Salma. Overall, aku masih merekomendasikan novel ini buat temen-temen yang pengen bacaan ringan. Dan juga asyik! Sekalian nostalgia dan belajar dari cerita yang disampaikan penulisnya. Cocok banget buat kalian yang baca buku untuk mengambil pesan-pesan didalamnya. Untuk novel Hello Salma, aku memberi 3,5 bintang.

Oiya, jangan lupa buat nonton film Hello Salma di bioskop tanggal 25 Oktober 2018. Btw, siap-siap baper, ya! 😅

Sampai jumpa di-review buku selanjutnya, see you! 😊

THE BEST PART
"Salah satu cara menikmati hidup bukan dengan menyalahkan takdir ataupun berpikir telah lahir di kehidupan yang salah, melainkan berusaha untuk membuka hati lalu membiasakan diri." - hal. 347
Share:

4 komentar:

  1. Ijin share boleh kak?
    Suka aja tiap reviewnya, jd yg awalnya males baca langsung terbangkit mau membaca hehe

    BalasHapus
  2. Fyi. yang bagian belakang buku bukan sinopsis, tapi blurb:)

    BalasHapus