Senin, 23 Januari 2017

#Day6KF : Diremehkan (tidak) Selalu Menyakitkan!

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pernah nggak kamu diremehkan? Pernah. Sakit nggak diremehkan? Sakit banget. Well, semua orang pun merasa demikian. Siapa sih yang nggak sakit hati waktu diremehkan? Seolah-olah kayak kita itu nggak bisa melakukan itu. Padahal nggak ada yang mustahil kan kalau kita mau berusaha?

Disekitarmu, banyak sekali pihak yang mencoba menjatuhkanmu. Mereka seakan-akan men-sugesti kamu untuk gagal. Tapi apa sampai disitu saja? Tidak. Kegagalanmu itu pintu kesuksesanmu. Mereka akan diam jika kamu bisa membuktikannya!

Lantas, bagaimana dengan diremehkan itu (tidak) selalu menyakitkan? Komentar mereka itu pedas macam sambal, cabai, dll. Iya benar! Tapi nggak semua hal yang diremehkan itu bisa diberi label “menyakitkan”. Coba telaah lagi! Komentar mereka justru bisa menjadi kritik yang membangun.

Aku pun demikian, pernah diremehkan! Tapi coba telaah lagi ceritaku ini: diremehkan itu rasanya sakit, melebihi rasa sakit yang paling sakit #eh. Muter-muter :D Aku pernah diremehkan kalau setelah lulus SMK, aku cuma nikah (re: nikah muda). Nggak salah sih nikah muda, kalau memang sudah mampu! Lah aku? Belum mampu dan masih belajar. Nggak mungkin kan aku nikah tanpa kesiapan? Iyalah! Aku akui, disekitarku itu masih budaya, kalau lulus sekolah, kerja, terakhir nikah. Kalau nggak gitu ya, abis lulus langsung nikah. Miris! Miris ketika melihat fakta itu. Karena dalam turun temurun sudah tertanam, kalau setelah menikah itu mengabdi pada suami (re: mengurusi suami dan anak saja). Iya benar sih, tapi kan masih ada urusan lain selain mengurusi suami? Bukannya perempuan masih bisa berusaha mewujudkan mimpinya ya? Kenyataanya disini tidak. Sudah, pada akhirnya perempuan itu hanya kembali ke dapur dan mengabdi pada suami. Just that!

Belajar dari cerita diatas dan melihat jutaan perempuan diluar sana yang bisa sukses mewujudkan mimpinya. Komentar mereka bisa menjadi kritik yang membangun buat aku, “perempuan tidak selamanya hanya berada di dapur dan mengabdi pada suami. Mereka pun perlu mewujudkan cita-citanya”. Dan realitanya? Aku masih bisa fighting sampai saat ini. Aku sekarang bisa kuliah. You see it! Walaupun pada akhirnya perempuan itu hanya kembali ke dapur. Tapi ilmu dan wawasan yang luas itu perlu! Aku masih harus belajar.

Semuanya tergantung bagaimana kita memilah komentar tersebut. Pada akhirnya kita juga tahu, mana yang diri kita sendiri!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar