Sabtu, 11 Agustus 2018

[REVIEW BUKU]: DILAN 1990 - PIDI BAIQ

---DILAN---
DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990
Judul Buku : DILAN 1990
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books (PT Mizan Pustaka)
Tebal Buku : 348 halaman
Tahun Terbit : September, 2017 (Cetakan Ke-15)

"Kekuatan cinta tak bisa cukup diandalkan. Untuk bisa mengatakannya ada kebebasan bicara, tetapi keberanian adalah segalanya. ---Pidi Baiq, 1972-2098."

SINOPSIS :
“Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”
(Dilan 1990)
“Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang.”
(Dilan 1990)
“Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli.”
(Milea 1990)

“Hampir saja ku jatuh dalam peluknya. Andai ku tak ingat dia pria, sama sepertiku. Oh Dilan!” @insanbasajan
“Begitu adiktif, dunia saya menghilang begitu membacanya.” @dinatabella
“Dilan itu keren, selamatlah aku lahir beda angkatan sama Dilan.” @anggampuh
“Ajaib, sepertinya ini bukan novel, tapi buku taktik menguasai wanita.” @Rafodumeda
“Keren. Buku ini harus dijadikan panduan hidup Anak SMA sekarang. Menteri pendidikan juga harus baca.” @faisEl_farizi
“Jangan jadi Dilan, jadilah dirimu, namun dia adalah Dilanku mengajarkan bagaimana menjadi diri sendiri.” @deweipea

REVIEW :
Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga untuk me-review novel ini. Walaupun sudah lewat tayang filmya, tapi rasanya tanganku masih gatal untuk bikin review, hehehe...

Buku ini merupakan seri pertama dari 3 seri yang ditulis oleh Pidi Baiq. Seorang penulis yang mengaku sebagai imigran dari sorga yang diselundupkan ke Bumi. Kemudian di Bumi, beliau menjadi Imam Besar The Panasdalam dan juga menulis buku trilogi Drunken. Beliau pernah lapar dan pernah ngantuk, katanya. Tapi Alhamdulillah, semua itu bisa diatasi.

Actually, pertama kali aku tertarik membaca dan mereview buku ini adalah aku kena spoiler! Bukan hasil dari membaca review novelnya, tapi dari trailer film Dilan yang sudah tayang bulan Januari 2018 kemarin. Sudah lama, ya? Dan baru review sekarang? Lu kemana aja? Kebangetan emang! *ditimpuk warganet* 🙏😄

౦౦౦౦౦

Novel ini bercerita tentang romansa masa putih abu-abu ala Dilan dan Milea, yang masa pedekatenya super gemesin. Cerita bermula saat Milea pindah ke Bandung karena orang tuanya dipindah tugas. Di sekolah barunya, Milea bertemu dengan Dilan---seorang cowok yang berbeda dari yang lainnya. Pertama kali bertemu bukannya kenalan, justru meramal! 😅 Cerita mengalir seperti sekolah pada umumnya, Milea yang primadona sekolah, banyak didekati oleh cowok-cowok. Sedangkan Dilan, dia adalah anggota geng motor yang menjabat sebagai Panglima Tempur dan terkesan nakal bagi Milea. Dilan punya seribu cara untuk mendekati Milea dan meyakinkan Milea untuk memilihnya. Bagian tengah-tengah bab, kita akan bertemu dengan cerita kehidupan putih abu-abu. Dilan dengan geng motornya yang terkesan nakal, tetapi menurut Milea itu adalah cara Dilan untuk membela dirinya dan membela kehormatannya. Di bagian akhir-akhir bab, novel ini menceritakan kedekatan Dilan dan Milea dengan keluarganya, bahkan kedua tokohnya sudah saling mengenal keluarga satu sama lain.

౦౦౦౦౦

Menurutku, novel ini lebih seperti curhatan Milea, karena penulis menggunakan sudut pandang pertama, dimana seorang Milea menceritakan bagaimana tokoh utamanya dari sudut pandangnya.

Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu kaku, semua kejadian yang digambarkan dalam novel ini terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari seperti masa-masa putih abu. Asli, cuma butuh 2 hari buat ngelahap novel ini! 😁

Lewat novel ini aku belajar beberapa hal, diantaranya berikut ini:
  1. Tidak semua anak yang nakal itu buruk, siapa tahu seperti Dilan? Meskipun kelihatannya nakal, pake ikutan geng motor juga, tetapi ternyata bertanggungjawab dengan pemasalahannya sendiri. Maybe, sekilas seperti pepatah yang mengatakan bahwa, don't judge a book by it's cover, sama seperti jangan memandang buruk seseorang hanya karena tampilannya saja. #reminder
  2. "Tidak mencintai, tidak berarti membencinya." (hal. 161). Nggak semua yang nggak kita cintai menjadi kita benci, Dilan boleh saja menolak cewek selain Milea, tetapi dia tidak lantas membencinya. Biasa saja. Lagi-lagi ini soal bagaimana bersikap terhadap orang lain.
  3. Aku belajar dari ibunya Dilan, yang sangat memahami anaknya yang masih di usia labil. "Orangtua seharusnya bisa memahami anak-anak, bukan sebaliknya. Jangan anak-anak yang dipaksa harus memahami orangtua. Anak-anak belum mengerti apa-apa. Meskipun tentu saja harus kita berikan pemahaman." (hal. 185). Sebagai orang tua memang sudah semestinya memberikan bimbingan dan arahan untuk anak-anaknya, ini bermanfaat buat aku nantinya, hehe.

QUOTES TER-GEMESSS:
Dilan bilang, “Jangan rindu, itu berat. Kamu tidak akan kuat, biar aku saja.”
(Hal. 297)

Sayangnya, didalam novel ini, menurutku kurang memberi konflik yang mengena. Ada bagian yang menurutku kenapa justru hal itu nggak terjadi? Malah itu ngena banget! Tapi mungkin jawabannya ada di novel selanjutnya, semoga saja! 😊

But, overall. Aku salut dengan novel ini, mau dibilang novel teenlit, tapi bukan juga. Bikin baper dan galau, tapi bukan yang menye-menye. Aku mau menyarankan ini sebagai bacaan ringan untuk kalian yang bosan dengan bacaan berat. Dan juga, aku menyarankan buat kalian yang ingin bernostalgia dengan masa putih abu-abu, tapi aku nggak menyarankan buku ini untuk kalian yang jomblo, takut berimajinasi nemuin jodoh kayak Dilan, hahaha. 😂

Untuk novel ini, aku memberi 3,5 bintang. Ditunggu review seri selanjutnya ya, see ya!

THE BEST QUOTES :
"Orangtua seharusnya bisa memahami anak-anak, bukan sebaliknya. Jangan anak-anak yang dipaksa harus memahami orangtua. Anak-anak belum mengerti apa-apa. Meskipun tentu saja harus kita berikan pemahaman." ---Bunda.
(Hal. 185)