Selasa, 24 Januari 2017

#Day7KF : Aku Kuat! Merelakan-nya.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Aku perlu semen dan pasir biar bisa kuat! | Etdah, dikira mau bangun pondasi, wkwk :D
Aku perlu makan yang banyak! | Ngapain? | Biar kuat ngadepin kenyataan | LOL :v
Aku butuh minum susu. | Buat apa? | Biar tulangku kuat memikul beban kehidupan | Wuahaha *gubrak

Maafkan atas lelucon diatas. Sungguh, aku hanya ingin mencairkan suasana~
Pada suatu masa silam, aku pernah terjatuh. Terjatuh karena ego-ku sendiri. Aku pernah mencintai dengan sangat. Namun, pada akhirnya aku hanyalah menjadi hal yang berlalu. Ya, aku mencintainya. Tanpa meminta dia membalasnya. Ini perasaanku. Biarlah mengalir apa adanya. Jangan risaukan perasaan ini. Tak apa jika pada kenyataannya tidak berbalas. Aku pun sudah cukup lega ketika dia mengetahuinya.


Waktu berlalu tanpa terasa. Hingga pada waktu itu, aku tersandung batu. Batu yang membuatku menyadarinya. Bukan aku pilihannya! Melainkan dia yang lain. Tidak apa-apa. Aku menerimanya, bukankah aku menyukaimu tanpa mengharap?

Sedih rasanya menerima kenyataan itu. Sedih ketika melihat orang yang dicintai dengan dia yang lain. Sedih, sedih dan sedih. Aku hanya terus berbaik sangka. Menahan ego-ku untuk memaksamu menyukaiku. Ah, itu tidak perlu! Aku hanya ingin dicintai sepenuh hati, bukan keterpaksaan.

Aku kehilangan logika. Otakku tidak lagi waras. Mataku buta dengan keindahan rasa. Hatiku tergelincir, dipenuhi oleh harapan yang tinggi. Begitulah orang jatuh cinta, susah membedakan antara simpul dusta maupun simpul nyata. Pada akhirnya, hati-lah yang menjadi korban. Perasaan menjadi runtuh dan hancur. Hah! Aku gila.

Aku merenung. Aku menangis. Tuhan, sekejam inikah cinta? Mencintai tanpa mengharap itu berat. Hati dengan mudahnya terbolak-balik. Aku bisa berbicara: tanpa mengharap. Hatiku? Ia berbicara: semoga. Aku benci tatkala harus mengingatnya lagi!

Sudah. Usai saja peperangan itu. Tikam dan bunuh perasaan itu. Tidak pantas dia hidup didasar hati. Pikirku demikian. Sederhana. Singkat. Pada kenyataanya: berat. Untuk meninggalkan semua rasa yang pernah ada itu berat. Untuk melihat kenyataannya itu berat. Berat sekali!

Pada akhirnya, semua hal yang terasa berat itu sirna. Berganti dengan kelapangan. Tidak lagi ada beban di hati. Tidak lagi ada rasa yang menyesakkan dada. Aku tahu bahwa; aku kuat. Dengan merelakan-nya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar