Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Aku perlu semen dan pasir biar bisa kuat! | Etdah, dikira
mau bangun pondasi, wkwk :D
Aku perlu makan yang banyak! | Ngapain? | Biar kuat ngadepin
kenyataan | LOL :v
Aku butuh minum susu. | Buat apa? | Biar tulangku kuat
memikul beban kehidupan | Wuahaha *gubrak
Maafkan atas lelucon diatas. Sungguh, aku hanya ingin
mencairkan suasana~
Pada suatu masa silam, aku pernah terjatuh. Terjatuh karena
ego-ku sendiri. Aku pernah mencintai dengan sangat. Namun, pada akhirnya aku
hanyalah menjadi hal yang berlalu. Ya, aku mencintainya. Tanpa meminta dia
membalasnya. Ini perasaanku. Biarlah mengalir apa adanya. Jangan risaukan
perasaan ini. Tak apa jika pada kenyataannya tidak berbalas. Aku pun sudah
cukup lega ketika dia mengetahuinya.
Waktu berlalu tanpa terasa. Hingga pada waktu itu, aku
tersandung batu. Batu yang membuatku menyadarinya. Bukan aku pilihannya! Melainkan
dia yang lain. Tidak apa-apa. Aku menerimanya, bukankah aku menyukaimu tanpa
mengharap?
Sedih rasanya menerima kenyataan itu. Sedih ketika melihat
orang yang dicintai dengan dia yang lain. Sedih, sedih dan sedih. Aku hanya
terus berbaik sangka. Menahan ego-ku untuk memaksamu menyukaiku. Ah, itu tidak
perlu! Aku hanya ingin dicintai sepenuh hati, bukan keterpaksaan.
Aku kehilangan logika. Otakku tidak lagi waras. Mataku buta
dengan keindahan rasa. Hatiku tergelincir, dipenuhi oleh harapan yang tinggi. Begitulah
orang jatuh cinta, susah membedakan antara simpul dusta maupun simpul nyata. Pada
akhirnya, hati-lah yang menjadi korban. Perasaan menjadi runtuh dan hancur. Hah!
Aku gila.
Aku merenung. Aku menangis. Tuhan, sekejam inikah cinta? Mencintai
tanpa mengharap itu berat. Hati dengan mudahnya terbolak-balik. Aku bisa
berbicara: tanpa mengharap. Hatiku? Ia berbicara: semoga. Aku benci tatkala
harus mengingatnya lagi!
Sudah. Usai saja peperangan itu. Tikam dan bunuh perasaan
itu. Tidak pantas dia hidup didasar hati. Pikirku demikian. Sederhana. Singkat.
Pada kenyataanya: berat. Untuk meninggalkan semua rasa yang pernah ada itu
berat. Untuk melihat kenyataannya itu berat. Berat sekali!
Pada akhirnya, semua hal yang terasa berat itu sirna. Berganti
dengan kelapangan. Tidak lagi ada beban di hati. Tidak lagi ada rasa yang
menyesakkan dada. Aku tahu bahwa; aku kuat. Dengan merelakan-nya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar