Sabtu, 27 Februari 2016

Do You Feel It Too?

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam, terima kasih hujan. Kali ini kau datang. Tepat disaat ujian keahlian-ku berakhir. Terima kasih sudah membasuh lelah dalam diri ini.

Alhamdulillah, lancar segala ujian keahlianku. Waktu yang terlewati dengan sibuk untuk fokus pada hal itu tak terkecewakan begitu saja. Mungkin ada satu atau dua yang kurang. Tetapi.. begitulah sewajarnya manusia. Sesempurna yang kita cipta, orang lain ada saja yang belum terpuaskan. Karena kesempurnaan hanya milik Dia :)

Sore ini. Ya, aku setuju. Bom itu kembali meledak. Memuntahkan segala isinya yang tak beraturan. Tak berbentuk. Tak terdefinisi. Rasanya menyesakkan. Napas ini satu-satu, mengembang dan mengempis. Tak pernah separah ini. Sekali-kali memang menikam. Tetapi dapat ditepis. Akan tetapi, tatkala banyak waktu yang terlewati. Tak juga dapat terpenuhi. Justru itu yang membuatnya semakin membuncah tak menentu.

Aku menutup pintu rapat-rapat. Pelan namun pasti. Bersembunyi dibaliknya. Menumpahkan segala rasa yang tertunda. Segala hal yang tertumpuk rapi namun sudah pecah. Bagaimana jalan keluar dari semua ini? Seketika otakku menjadi buntu. Tak berujung. Keruh. Tak dapat berpikir jernih. Serangkaian hal begitu saja dengan mudahnya terhubung. Mati langkah.

Harapku hanya sederhana. Akan tetapi tidak mudah diwujudkan. Mana kala keadaan sudah terlanjur tak bisa diubah. Ada juga karena ego yang tangguh, tak terkalahkan. Atau mungkin saja karena harapanku terlalu sederhana. Begitukah?

Bom itu menikam. Menghujam. Menghancurkan seluruh pertahanan. Bukankah kastil yang berdiri tegak itu dipenuhi oleh pertahanan yang kokoh? Akan tetapi seberapapun kokohnya sebuah pertahanan, pasti akan runtuh! Dengan kehendak dari Dia. Pertahanan diri, misalnya.


Hhh, tak bisa-kah hal itu terhindarkan sementara? Hanya itu inginku. Yang lainnya, biarlah isi kepala ini berputar untuk menyelesaikannya, tentu dengan izin dari Dia. Karena hanya dengan Dia aku mengadu. Karena hanya dengan Dia aku meminta. Karena hanya dengan Dia aku diberi. Kenikmatan dan pelajaran yang tak berharga.

So, do you feel it too? I don't need anything. Yang lain sibuk membicarakan. Berusaha untuk memberi bom. Meledakkannya. Kali ini meledak, mereka berhasil. Tetapi penyesalan dan kesedihan tak akan berubah tanpa ada tindakan untuk bangkit. Do you feel it too? My sadness is full about you.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jumat, 26 Februari 2016

Rindu

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam, maaf jika terusik. Malam ini hujan tak memenuhi permintaanku. Ia tak datang. Ia sembunyi entah dimana.

Kejam sekali malam ini. Ketika sedang berpacu dengan ujikom tetapi pikiran selalu tertuju pada hal itu, hal yang akhir-akhir ini menyiksaku. Datang di waktu yang tidak tepat. Ya, sekiranya begitu.

Kali ini berbeda. Segala kehadirannya terasa semakin kuat. Semakin tak bisa ku topang dengan baik. Tak bisa dihiraukan. Kala aku ingin menepisnya, justru aku diingatkan oleh hal-hal lain yang membuatku semakin terpuruk. Ya, aku akui. Mengingatnya kali ini adalah sebuah malapetaka. Justru kali ini yang ku harapkan kedatangannya adalah semangat. Semangat dari dalam diriku. Bukan hal-hal yang menyesakkan.

Terlebih.. menyesakkan sekali ketika harapan tak terpenuhi di masa lalu ikut menyeruak begitu saja. Lantas, bagaimana aku membendungnya? Bagaimana aku mengatasi semua ini? Arrgh, mengapa kau datang bersamaan? Tak bisa-kah di waktu yang tepat? Mengapa harus akhir-akhir ini? Mengapa harus sesakit ini? Mengapa, mengapa dan mengapa? Jawabnya: tidak tahu.

Rindu. Sewajarnya manusia merasa begitu. Yang mengobatinya adalah keinginan dan harapannya tercapai. Akan tetapi.. apa yang ku harap akan terobati juga? Tidak. Aku harus setia menanti waktu. Menunggu hingga waktu yang tepat. Menunggu hingga semuanya terpenuhi. Atau menunggu hingga sakit ini bertambah parah? Hhh, mungkin saja begitu. Mereka tidak akan pernah tahu perasaanku. Karena mereka tak mencoba memahamiku. Ego-nya terlalu tinggi. Pemikiran-nya tak memikirkan yang lain. Ketakutan-nya datang dari dirinya sendiri, tetapi justru menyebabkan orang lain merasa sakit. Hhh, bangun woy!

Hujan.. andai malam ini kau datang. Aku ingin sekali bermain denganmu. Menikmati rintik airmu yang membasahi tubuhku. Melarungkan perahu kertas yang siap berlayar menuju penjuru pengharapan. Mengendap disana. Entah sampai kapan.

Hujan.. jika saja airmu datang. Wajahku akan ikut terbawa basah airmu. Takkan tampak bulir-bulir putih yang menetes sedari tadi.

Hujan.. bersama perahu kertasku. Aku menitipkkan seucap harapan.. semoga lekas terkabul. Sederhana. Asal membahagiakan hati. Tidak menyesakkan. Melepaskan kesedihan ini. Melepaskan rindu ini.

Wish : Cepat terkabul!

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 24 Februari 2016

Menang(is)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam mata yang sulit untuk terpejam. Kala mata ini tak layak dipandang orang lain yang mencari secercah senyum. Ada yang sesak dalam matanya, sehingga buih-buih itu turun dengan mudahnya. Begitu saja. Tak terbendung.

Merindukan beliau.. amat sangat. Melalui waktu bersama dengan dia sungguh sangat mudah bilang dihitung dengan jari. Begitu mudahnya.. sampai memori kenangan itu dapat dengan mudah mengarungi imaji. Lalu mengapa merindukan beliau datang disaat yang tidak tepat? Saat esok nanti aku akan menghadapi ujian kompetensi-ku. Tidak mudah ketika harus melawannya. Andai saja.. satu permintaanku bisa terkabulkan. Sudah pasti rindu ini masih dapat dibendung. Ditunggu. Ah, andai saja.. hanya pengharapan. Tak lantas menjadi kenyataan.

Aku telah menang. Ketika ribuan kali rasa itu menghinggapi, aku mencegahnya. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas lainnya. Dengan mudahnya semua itu terlupakan. Tetapi dengan mudahnya juga semua itu datang kembali. Barangkali obat yang paling mujarab adalah memenuhi harapanku. Akan ku lakukan. Tapi apakah di-izinkan? Semudah itu-kah rintanganku? Ternyata tidak. Mendapatkan izin tidak semudah yang aku kira. Bahwa ketakutan akan kejadian yang tidak diinginkan itu selalu saja menyelimuti. Membawa pengaruh negatif dalam diri. Menyebabkan permintaan itu tak terpenuhi.

Sampai kapan? Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. Hanya pengharapan yang baik yang selalu ku tancapkan. Selebihnya.. aku menepisnya dalam-dalam. Jauh-jauh. Enggan untuk peduli. Pada kenyataannya rasa itu lebih dahsyat menggerogoti. Bukan terbuang jauh.

Wish : Kabulkan permintaanku!

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 23 Februari 2016

Go Away

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam. Sepi sekali. Hanya lantunan musik dari sebuah channel radio yang menghiasi suasana kali ini. Hujan, mengapa kau tak datang?

Kemarin.. mengapa kau harus datang lagi? Tidak dapatkah hal itu tak lagi mengusikku? Hhh. Aku lelah. Setelah sekian lama mengusirmu jauh dari sini, mengapa dengan mudahnya datang kembali? Suratan takdir-kah? Atau kesalahan-ku? Aku sendiri tak tahu jawabnya.

Tetapi mengabaikan salah satu anggota keluargamu adalah satu kemungkinan yang tidak bisa aku hindari. Menghindarimu sudah pasti berhasil. Tetapi anggota keluargamu? Tidak dengan itu. Adik-mu berhasil membawa sebuah rasa simpatik dari diriku. Menarikku kembali untuk peduli. Akankah niatnya mengkaitkan hal tentangmu? Tidak sama sekali. Tak pernah terbesit niat itu dalam diriku. Segala tentangmu sudah terhapus. Dan pergi jauh. Jangan kembali.

Menepis segala hal yang mengkaitkan tentangmu adalah pilihan yang benar. Kamu membenci aku peduli? Aku apalagi! Aku tidak ingin disalah artikan bahwa aku hanya mencari 'muka' saja. Untuk apa? Hal yang sia-sia saja. Segala perbuatan itu timbulnya dari sini, hati. Tulus-kah? Atau hanya berpura-pura saja? Hmm. Kala niat bersimpang siur demikian, diam menjadi pilihannya. Tak lakukan apapun. Hhh, sungguh membingungkan bila pilihan tak menentu tiba-tiba datang begitu saja. Tak tahu-kah bila keadaan justru menyeruak menjadi canggung. Dengan sesimpul senyum yang dipaksakan. Ikhlas-kah? Entah.

Cepat pergi. Mengusirmu lagi. Jangan kembali! Cukup waktu itu ku habiskan untuk hal yang sia-sia. Hmm, aku sangat menyesalinya. Sangat sangat menyesalinya. Barangkali takdir-Nya.. ambil pelajaran lebih baik. Segala tentangmu hadir kembali? Hush, pergi-lah.

Wish : Cepat lulus. Cepat pergi. Tidak kembali. Jauh akan lebih baik. Dan mengubur segala waktu yang pernah terlewati dengan sia-sia itu.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Senin, 22 Februari 2016

Ber-debat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat senja menjelang Maghrib. Selamat menikmati rona langit yang terbentang dengan begitu indahnya. Warna biru yang bercampur jingga seolah-olah enggan untuk beranjak malam. Duhai Rabb-ku, keindahan langit-Mu sungguh sedap dipandang mata.

Berdebat. Itu bukan pilihan. Tapi perbedaan pendapat membuatnya demikian. Seperti siang itu. Bukan antara diri kita yang didebatkan. Tentu tidak mudah. Karena kita tak menguasai sepenuhnya sudut pandang setiap diri masing-masing orang tersebut.

Lama-lama perdebatan membuat perbedaan itu semakin terasa. Setiap kata yang terlontar sangat bertolak belakang. Masing-masing diri mempertahankan pendapatnya masing-masing. Jika dirasa, kita seperti mendukung pilihan kita masing-masing. Itu kita. Bagaimana dengan orang yang kita debatkan? MasyaAllah. Di sisi lain, aku juga mengetahui fakta dari yang ku pilih. Tapi di sisi lain, temanku juga mengetahui fakta dari pilihannya. Benar-benar bukan hak kita untuk mendebatkannya. Kita mencoba berbicara, sementara orang yang kita debatkan? Mereka justru saling berdiam.

Aku sadari bahwa mereka hanyalah bersalah paham. Berbeda pendapat. Namun tak saling mencoba melebur pendapat. Sudut pandang yang terhiraukan. Tak mencoba dipedulikan. Tak mencoba bersatu.

Pelajaran Hari Ini :
Kesalah pahaman akan selesai ketika yang bersangkutan mencoba ber-interaksi satu sama lain. Kalau sama-sama tidak ber-interaksi? Bagaimana mengetahui satu sama lain? Bukankah setiap orang punya sudut pandang yang berbeda? Mengapa tidak 'mencoba' tetapi malah 'menyibukkan' dengan hal lain.

Wish : Semoga seiring berjalannya waktu, kesalah pahaman ini segera berakhir. Dan terima kasih atas pedebatan itu, semoga menumbuhkan pemikiran kita untuk senantiasa mencari pelajaran.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

Jumat, 12 Februari 2016

Hujan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi, menjelang beraktivitas. Tidak tahu rasanya, tangan ini tak ingin berhenti untuk beranjak dari menulis. Sebuah cerita denganmu, hujan.

Hujan.. rintik air itu selalu membasahi bumi dalam beberapa hari ini. Setiap kali sore menjelang, hujan menjemputnya dengan keberkahannya. Ya, air. Mungkin ada beberapa yang mengeluh karena hujan, tetapi tidak denganku. Hujan, aku menyukaimu.

Melenggang tanpa jas hujan. Menaiki sepeda motor ini dan berpacu dengan kecepatan rendah. Aku menikmati kehadiranmu, hujan. Tanganku bergerak, menengadah. Sebisa mungkin membendung rintik airmu. Menikmati setiap bulir airmu.

Hujan.. minggu ini minggu yang panjang. Minggu yang melelahkan. Ketika kami disibukkan oleh banyak ujian di sekolah. Waktu yang akan mendekati peperangan, melawan soal-soal yang materinya sudah disampaikan hampir 3 tahun ini. Untuk apa mengeluh? Pikirku. Menjalaninya dengan lapang dan ikhlas adalah kuncinya. Fokus terutama. Ya, kembali fokus itu terusik, kala aku harus dihadapkan dengan orang itu.

Hhh, jalani saja. Semoga cepat berakhir. Cepat lulus. Dan pergi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kembali Mengingat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi, hujan. Rintikan suaramu menghiasi pagi ini tanpa kenal lelah. Sudah dari semalam kan? Semoga ba'da Subuh nanti kau berhenti. Bukan karena aku tak menginginkanmu, tetapi karena banyak sekali manusia yang akan memulai rutinitasnya kembali sebelum akhir pekan. Wish it!

Tidak ada manusia di dunia ini yang ingin mengingat kembali kejadian yang sudah menyakiti hatinya. Sekalipun itu mengingat, pasti ada salah satu yang ditukasnya cepat-cepat. Bukan tidak ingin mengingatnya, tetapi mengingat apa yang menyakitinya itu sama saja membuka luka lama. Hhh, rasanya lelah sekali. Otak ini seperti berkejaran kesana-kemari, membuka kenangan lama. Kembali mengingat semua hal yang pernah menyesakkan dan menyakitkan.

Bagaimanapun juga, kembali mengingat hal yang tidak indah bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Namun, kadang kala hal itu hinggap begitu saja. Saat asyik bercanda dan tertawa, tiba-tiba rasanya de javu. Lalu bagaimanakah dengan orang yang sudah ikhlas? Mengikhlaskan segala rasa sakitnya untuk kembali bangkit? Ya, mereka yang sudah ikhlas akan menerima kelapangan didadanya. Akan tetapi, tidak ada satu manusia pun yang tidak dihinggapi ingatan masa lalu. Masa kelam, terutama.

Wish : Cepat pergilah kau, masa kelam. Kembali mengingat = membuka luka. Bukan membenci. Hanya takut terulangi kembali.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 10 Februari 2016

Berbincang-bincang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam, hujan. Selamat menikmati bagi para penikmat hujan. Semoga kedamaian air mendamaikan suasana hati. Dibawah rintik hujan yang turun. Ditengah dingin yang menusuk tulang. Bersama sebuah kertas berbentuk perahu. Mengalirlah. Segala harapan dan mimpi yang tertulis. Tujulah setiap penjuru. Temukan sesuatu.

Sesuatu hal yang tidak pernah disangka. Tidak juga akan diharapkan. Hanya saja begitu saja terjadi. Mengalir tanpa henti. Dapat berbincang? Hal yang semestinya tidak akan terjadi jika tidak terpaksa. Hhh, ini suatu kebetulan saja.

Sejak kemarin rasanya 'keterpaksaan' itu sudah terjadi. Terpaksa berbincang denganmu adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Ini masalah penting. Memilih untuk menanggapi? Ya begitulah kiranya, seperlunya saja. Yak! Tul! Ner!

Hari ini? Jangan ditanya, duduk berdekatan saja dengan sangat terpaksa. Rasa itu berbanding terbalik. Yaps! Bener banget. Karena segalanya telah berubah. Tidak akan kembali lagi. Berbincang-bincang itu hanya akan menjadi suatu hal yang terlupakan seiring bergantinya hari. Akan menjadi biasa ketika saling menjauh. Sibuk dengan urusan masing-masing. Haha.

Berbincang-bincang tidak juga denganmu, kali ini dengan satu orang lagi. Definisi orang itu? Tidak perlu berbelit-belit. Sejak kehadirannya, ada suka ada duka. Hhh, just forget it! Malam ini berbeda, orang itu mengajak memulai berbincang. Menjawabnya? Dengan malas. Dosa-kah? Iya. Mendiamkannya adalah kesalahan. Ya, aku tahu itu. Tetapi kata hati tidak begitu saja bisa dirubah. Dan itulah kata hatiku. Diam

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 09 Februari 2016

Rumah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam, diantara dingin yang menusuk-nusuk tulang dan bunyi-bunyian malam yang mengusik.

And the tears come streaming down your face.
When you lose something you can't replace.

-Cold Play~Fix You-


Dan rumah yang kau tinggali adalah tempat kembali. Kembali dari rutinitas sibukmu. Kembali untuk sekedar merebahkan diri. Kembali untuk sekedar tertawa, tersenyum, menangis, sedih. Kembali untuk singgah sebentar, kemudian berlalu dengan kesibukan. Bukankah kenyamanan tercipta disini? Bukankah kebahagian terpancar disini? Tatkala rumah adalah tempat pendidikan pertama seorang manusia.

Namun, rumah telah berubah fungsi bila kenyamanan mulai berubah. Saat itu, ada orang yang bisa menerima. Tetapi juga ada orang yang tidak bisa menerima. Mereka yang bisa menerima, pasti ada rasa sedih yang menghinggapinya. Apalagi yang tidak bisa menerima, segalanya terasa terusik ketika hal itu sudah berubah.

Rumah, seharusnya memberi kebahagian. Memberi kesenangan bagi setiap pemiliknya. Setidaknya, dari sanalah kita membangun mimpi. Tetapi jika disanalah mimpi itu menjadi hancur, akankah mimpi itu terbangun lagi? Akan ada air mata yang setia mengiringinya. Banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, organ dalam yang bernama hati.. bisa saja tak cukup kuat untuk menanggungnya.

Wish : Menangislah sebanyak engkau mau, mungkin bebanmu akan sedikit terlepas.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 02 Februari 2016

Aku Ingin Pergi

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam Jogja, selamat menikmati hujan.

Aku ingin pergi. Hanya itu yang aku inginkan. Lantas pergi dari siapa-kah itu? Atau pergi dari mana-kah itu? Itu jawaban yang tersulitku. Pergi dari siapa? Aku tidak mempunyai pasangan, no couple before akad. Yaps, prinsip itu yang selalu aku pegang. Karena memang dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Pergi dari mana? Aku tidak tahu. Dari rumah yang sekarang aku tinggali. Tidaklah mungkin. Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian akhirku di sekolah, aku belum memiliki bekal untuk pergi. Ahh, membuatku bosan saja.

Lantas, pergi dari mana-kah itu? Pergi dari sekolah. Ya, menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru. Aku ingin (cepat-cepat) pergi dari sekolah itu. Aku ingin segera lulus. Hanya saja aku harus menjalani hari-hari terakhir disana, dua bulan ke depan. Itu sangat menjenuhkan.

Membangun dinding yang tak akan runtuh = membangun diri yang sebenarnya rapuh. Selalu saja itu yang aku lakukan. Bertahan untuk selalu kuat. Tidak terpengaruh. Tidak menitikkan air mata. Tidak akan terbawa emosi. Tidak lagi memendam. Tidak juga mengumpat. Berkali-kali aku gagal. Tapi sekali aku yakinkan diriku untuk tak lagi gagal. Saat ini.. sudah berhasil. Hanya perlu memoles beberapa sisi agar tak ter-erosi lagi. Mungkinkah kau ingin menghancurkannya? Lakukan saja jika kau bisa! Dinding itu akan tetap utuh. Tidak rapuh. Tidak runtuh.

#Last wish: segera lulus secepat mungkin. Aku ingin pergi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.