Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam, maaf jika terusik. Malam ini hujan tak memenuhi permintaanku. Ia tak datang. Ia sembunyi entah dimana.
Kejam sekali malam ini. Ketika sedang berpacu dengan ujikom tetapi pikiran selalu tertuju pada hal itu, hal yang akhir-akhir ini menyiksaku. Datang di waktu yang tidak tepat. Ya, sekiranya begitu.
Kali ini berbeda. Segala kehadirannya terasa semakin kuat. Semakin tak bisa ku topang dengan baik. Tak bisa dihiraukan. Kala aku ingin menepisnya, justru aku diingatkan oleh hal-hal lain yang membuatku semakin terpuruk. Ya, aku akui. Mengingatnya kali ini adalah sebuah malapetaka. Justru kali ini yang ku harapkan kedatangannya adalah semangat. Semangat dari dalam diriku. Bukan hal-hal yang menyesakkan.
Terlebih.. menyesakkan sekali ketika harapan tak terpenuhi di masa lalu ikut menyeruak begitu saja. Lantas, bagaimana aku membendungnya? Bagaimana aku mengatasi semua ini? Arrgh, mengapa kau datang bersamaan? Tak bisa-kah di waktu yang tepat? Mengapa harus akhir-akhir ini? Mengapa harus sesakit ini? Mengapa, mengapa dan mengapa? Jawabnya: tidak tahu.
Rindu. Sewajarnya manusia merasa begitu. Yang mengobatinya adalah keinginan dan harapannya tercapai. Akan tetapi.. apa yang ku harap akan terobati juga? Tidak. Aku harus setia menanti waktu. Menunggu hingga waktu yang tepat. Menunggu hingga semuanya terpenuhi. Atau menunggu hingga sakit ini bertambah parah? Hhh, mungkin saja begitu. Mereka tidak akan pernah tahu perasaanku. Karena mereka tak mencoba memahamiku. Ego-nya terlalu tinggi. Pemikiran-nya tak memikirkan yang lain. Ketakutan-nya datang dari dirinya sendiri, tetapi justru menyebabkan orang lain merasa sakit. Hhh, bangun woy!
Hujan.. andai malam ini kau datang. Aku ingin sekali bermain denganmu. Menikmati rintik airmu yang membasahi tubuhku. Melarungkan perahu kertas yang siap berlayar menuju penjuru pengharapan. Mengendap disana. Entah sampai kapan.
Hujan.. jika saja airmu datang. Wajahku akan ikut terbawa basah airmu. Takkan tampak bulir-bulir putih yang menetes sedari tadi.
Hujan.. bersama perahu kertasku. Aku menitipkkan seucap harapan.. semoga lekas terkabul. Sederhana. Asal membahagiakan hati. Tidak menyesakkan. Melepaskan kesedihan ini. Melepaskan rindu ini.
Wish : Cepat terkabul!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam, maaf jika terusik. Malam ini hujan tak memenuhi permintaanku. Ia tak datang. Ia sembunyi entah dimana.
Kejam sekali malam ini. Ketika sedang berpacu dengan ujikom tetapi pikiran selalu tertuju pada hal itu, hal yang akhir-akhir ini menyiksaku. Datang di waktu yang tidak tepat. Ya, sekiranya begitu.
Kali ini berbeda. Segala kehadirannya terasa semakin kuat. Semakin tak bisa ku topang dengan baik. Tak bisa dihiraukan. Kala aku ingin menepisnya, justru aku diingatkan oleh hal-hal lain yang membuatku semakin terpuruk. Ya, aku akui. Mengingatnya kali ini adalah sebuah malapetaka. Justru kali ini yang ku harapkan kedatangannya adalah semangat. Semangat dari dalam diriku. Bukan hal-hal yang menyesakkan.
Terlebih.. menyesakkan sekali ketika harapan tak terpenuhi di masa lalu ikut menyeruak begitu saja. Lantas, bagaimana aku membendungnya? Bagaimana aku mengatasi semua ini? Arrgh, mengapa kau datang bersamaan? Tak bisa-kah di waktu yang tepat? Mengapa harus akhir-akhir ini? Mengapa harus sesakit ini? Mengapa, mengapa dan mengapa? Jawabnya: tidak tahu.
Rindu. Sewajarnya manusia merasa begitu. Yang mengobatinya adalah keinginan dan harapannya tercapai. Akan tetapi.. apa yang ku harap akan terobati juga? Tidak. Aku harus setia menanti waktu. Menunggu hingga waktu yang tepat. Menunggu hingga semuanya terpenuhi. Atau menunggu hingga sakit ini bertambah parah? Hhh, mungkin saja begitu. Mereka tidak akan pernah tahu perasaanku. Karena mereka tak mencoba memahamiku. Ego-nya terlalu tinggi. Pemikiran-nya tak memikirkan yang lain. Ketakutan-nya datang dari dirinya sendiri, tetapi justru menyebabkan orang lain merasa sakit. Hhh, bangun woy!
Hujan.. andai malam ini kau datang. Aku ingin sekali bermain denganmu. Menikmati rintik airmu yang membasahi tubuhku. Melarungkan perahu kertas yang siap berlayar menuju penjuru pengharapan. Mengendap disana. Entah sampai kapan.
Hujan.. jika saja airmu datang. Wajahku akan ikut terbawa basah airmu. Takkan tampak bulir-bulir putih yang menetes sedari tadi.
Hujan.. bersama perahu kertasku. Aku menitipkkan seucap harapan.. semoga lekas terkabul. Sederhana. Asal membahagiakan hati. Tidak menyesakkan. Melepaskan kesedihan ini. Melepaskan rindu ini.
Wish : Cepat terkabul!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar