Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam mata yang sulit untuk terpejam. Kala mata ini tak layak dipandang orang lain yang mencari secercah senyum. Ada yang sesak dalam matanya, sehingga buih-buih itu turun dengan mudahnya. Begitu saja. Tak terbendung.
Merindukan beliau.. amat sangat. Melalui waktu bersama dengan dia sungguh sangat mudah bilang dihitung dengan jari. Begitu mudahnya.. sampai memori kenangan itu dapat dengan mudah mengarungi imaji. Lalu mengapa merindukan beliau datang disaat yang tidak tepat? Saat esok nanti aku akan menghadapi ujian kompetensi-ku. Tidak mudah ketika harus melawannya. Andai saja.. satu permintaanku bisa terkabulkan. Sudah pasti rindu ini masih dapat dibendung. Ditunggu. Ah, andai saja.. hanya pengharapan. Tak lantas menjadi kenyataan.
Aku telah menang. Ketika ribuan kali rasa itu menghinggapi, aku mencegahnya. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas lainnya. Dengan mudahnya semua itu terlupakan. Tetapi dengan mudahnya juga semua itu datang kembali. Barangkali obat yang paling mujarab adalah memenuhi harapanku. Akan ku lakukan. Tapi apakah di-izinkan? Semudah itu-kah rintanganku? Ternyata tidak. Mendapatkan izin tidak semudah yang aku kira. Bahwa ketakutan akan kejadian yang tidak diinginkan itu selalu saja menyelimuti. Membawa pengaruh negatif dalam diri. Menyebabkan permintaan itu tak terpenuhi.
Sampai kapan? Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. Hanya pengharapan yang baik yang selalu ku tancapkan. Selebihnya.. aku menepisnya dalam-dalam. Jauh-jauh. Enggan untuk peduli. Pada kenyataannya rasa itu lebih dahsyat menggerogoti. Bukan terbuang jauh.
Wish : Kabulkan permintaanku!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam mata yang sulit untuk terpejam. Kala mata ini tak layak dipandang orang lain yang mencari secercah senyum. Ada yang sesak dalam matanya, sehingga buih-buih itu turun dengan mudahnya. Begitu saja. Tak terbendung.
Merindukan beliau.. amat sangat. Melalui waktu bersama dengan dia sungguh sangat mudah bilang dihitung dengan jari. Begitu mudahnya.. sampai memori kenangan itu dapat dengan mudah mengarungi imaji. Lalu mengapa merindukan beliau datang disaat yang tidak tepat? Saat esok nanti aku akan menghadapi ujian kompetensi-ku. Tidak mudah ketika harus melawannya. Andai saja.. satu permintaanku bisa terkabulkan. Sudah pasti rindu ini masih dapat dibendung. Ditunggu. Ah, andai saja.. hanya pengharapan. Tak lantas menjadi kenyataan.
Aku telah menang. Ketika ribuan kali rasa itu menghinggapi, aku mencegahnya. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas lainnya. Dengan mudahnya semua itu terlupakan. Tetapi dengan mudahnya juga semua itu datang kembali. Barangkali obat yang paling mujarab adalah memenuhi harapanku. Akan ku lakukan. Tapi apakah di-izinkan? Semudah itu-kah rintanganku? Ternyata tidak. Mendapatkan izin tidak semudah yang aku kira. Bahwa ketakutan akan kejadian yang tidak diinginkan itu selalu saja menyelimuti. Membawa pengaruh negatif dalam diri. Menyebabkan permintaan itu tak terpenuhi.
Sampai kapan? Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. Hanya pengharapan yang baik yang selalu ku tancapkan. Selebihnya.. aku menepisnya dalam-dalam. Jauh-jauh. Enggan untuk peduli. Pada kenyataannya rasa itu lebih dahsyat menggerogoti. Bukan terbuang jauh.
Wish : Kabulkan permintaanku!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar