Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam. Sepi sekali. Hanya lantunan musik dari sebuah channel radio yang menghiasi suasana kali ini. Hujan, mengapa kau tak datang?
Kemarin.. mengapa kau harus datang lagi? Tidak dapatkah hal itu tak lagi mengusikku? Hhh. Aku lelah. Setelah sekian lama mengusirmu jauh dari sini, mengapa dengan mudahnya datang kembali? Suratan takdir-kah? Atau kesalahan-ku? Aku sendiri tak tahu jawabnya.
Tetapi mengabaikan salah satu anggota keluargamu adalah satu kemungkinan yang tidak bisa aku hindari. Menghindarimu sudah pasti berhasil. Tetapi anggota keluargamu? Tidak dengan itu. Adik-mu berhasil membawa sebuah rasa simpatik dari diriku. Menarikku kembali untuk peduli. Akankah niatnya mengkaitkan hal tentangmu? Tidak sama sekali. Tak pernah terbesit niat itu dalam diriku. Segala tentangmu sudah terhapus. Dan pergi jauh. Jangan kembali.
Menepis segala hal yang mengkaitkan tentangmu adalah pilihan yang benar. Kamu membenci aku peduli? Aku apalagi! Aku tidak ingin disalah artikan bahwa aku hanya mencari 'muka' saja. Untuk apa? Hal yang sia-sia saja. Segala perbuatan itu timbulnya dari sini, hati. Tulus-kah? Atau hanya berpura-pura saja? Hmm. Kala niat bersimpang siur demikian, diam menjadi pilihannya. Tak lakukan apapun. Hhh, sungguh membingungkan bila pilihan tak menentu tiba-tiba datang begitu saja. Tak tahu-kah bila keadaan justru menyeruak menjadi canggung. Dengan sesimpul senyum yang dipaksakan. Ikhlas-kah? Entah.
Cepat pergi. Mengusirmu lagi. Jangan kembali! Cukup waktu itu ku habiskan untuk hal yang sia-sia. Hmm, aku sangat menyesalinya. Sangat sangat menyesalinya. Barangkali takdir-Nya.. ambil pelajaran lebih baik. Segala tentangmu hadir kembali? Hush, pergi-lah.
Wish : Cepat lulus. Cepat pergi. Tidak kembali. Jauh akan lebih baik. Dan mengubur segala waktu yang pernah terlewati dengan sia-sia itu.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam. Sepi sekali. Hanya lantunan musik dari sebuah channel radio yang menghiasi suasana kali ini. Hujan, mengapa kau tak datang?
Kemarin.. mengapa kau harus datang lagi? Tidak dapatkah hal itu tak lagi mengusikku? Hhh. Aku lelah. Setelah sekian lama mengusirmu jauh dari sini, mengapa dengan mudahnya datang kembali? Suratan takdir-kah? Atau kesalahan-ku? Aku sendiri tak tahu jawabnya.
Tetapi mengabaikan salah satu anggota keluargamu adalah satu kemungkinan yang tidak bisa aku hindari. Menghindarimu sudah pasti berhasil. Tetapi anggota keluargamu? Tidak dengan itu. Adik-mu berhasil membawa sebuah rasa simpatik dari diriku. Menarikku kembali untuk peduli. Akankah niatnya mengkaitkan hal tentangmu? Tidak sama sekali. Tak pernah terbesit niat itu dalam diriku. Segala tentangmu sudah terhapus. Dan pergi jauh. Jangan kembali.
Menepis segala hal yang mengkaitkan tentangmu adalah pilihan yang benar. Kamu membenci aku peduli? Aku apalagi! Aku tidak ingin disalah artikan bahwa aku hanya mencari 'muka' saja. Untuk apa? Hal yang sia-sia saja. Segala perbuatan itu timbulnya dari sini, hati. Tulus-kah? Atau hanya berpura-pura saja? Hmm. Kala niat bersimpang siur demikian, diam menjadi pilihannya. Tak lakukan apapun. Hhh, sungguh membingungkan bila pilihan tak menentu tiba-tiba datang begitu saja. Tak tahu-kah bila keadaan justru menyeruak menjadi canggung. Dengan sesimpul senyum yang dipaksakan. Ikhlas-kah? Entah.
Cepat pergi. Mengusirmu lagi. Jangan kembali! Cukup waktu itu ku habiskan untuk hal yang sia-sia. Hmm, aku sangat menyesalinya. Sangat sangat menyesalinya. Barangkali takdir-Nya.. ambil pelajaran lebih baik. Segala tentangmu hadir kembali? Hush, pergi-lah.
Wish : Cepat lulus. Cepat pergi. Tidak kembali. Jauh akan lebih baik. Dan mengubur segala waktu yang pernah terlewati dengan sia-sia itu.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar