Minggu, 19 Juni 2022

Perjalanan Menuju Dua Empat

don’t ask why me, but try me!


Hai halooo.. setelah sekian lama nggak menulis tentang keresahan pribadi, kali ini aku ingin menuliskannya. Sebelum itu, aku sudah terlebih dulu membaca tulisanku waktu aku memasuki usia 20 tahun, dimana waktu itu aku sangat resah dan takut memasuki usia 20 tahun. Kalau dipikir-pikir lagi: "waktu itu masih muda, kenapa takut dan jadi kepikiran serius banget sama hidup?", aku jadi pengen menertawakan diriku sendiri wkwkwk 🤣

Perjalanan menuju usia 20 tahun sudah aku tuliskan menjadi tiga bagian di blog ini. Kalau mau baca bisa di sini ya:

Time flies so fast, begitulah katanya. Nggak terasa tulisan di atas udah berusia empat tahun yang artinya tahun 2022 ini aku akan memasuki usia 24 tahun. Rasanya kayak.. hmmm kok cepet banget sih? Masih resah dan takut dengan bertambahnya usia? Terus udah ngapain aja selama empat tahun ini? Udah bermanfaat atau belum? Udah berbuat baik atau malah berbuat buruk? Duh, jadi punya pertanyaan ke diri sendiri dan punya PR buat menemukan jawabannya! 😭

Perjalanan menuju dua empat ini aku kategorikan sebagai quarter life crisis, ya memang sih usianya belum ada seperempat abad, tapi ternyata sudah mulai merasakan keresahan-keresahan fase quarter life crisis. Dulu saat memasuki usia 20 tahun, kepalaku penuh dengan pertanyaan bagaimana hidupku ke depan, sampai sekarang aku juga merasa kepalaku isinya penuh dengan pertanyan “bagaimana”. Jika pertanyaan bagaimana bisa ditukar dengan segelas es kopi susu, aku ingin menukarnya agar meringankan pikiranku dan mendinginkan kepalaku! 🙂👍

Aku membagi menjadi dua bagian untuk menuliskan perjalanan menuju dua empat ini. Bagian pertama aku akan membahas bagaimana life update selama empat tahun ini. Dulu saat aku memasuki usia 20 tahun, aku sedang kuliah kira-kira semester 4 . Waktu itu sedang aktif berorganisasi dan sedang banyak-banyaknya kegiatan, sampai aku ingin menuliskannya saja tidak sempat. Alhasil aku menulis di buku harianku, tidak di blog. Padahal kalau dipikir-pikir jika ditulis di blog ini kan menjadi kenangan tersendiri atas masa-masa sibuk waktu itu, tapi memang nggak kepikiran sih. Sudah ribet duluan euy.. moon maap ya pemirsa 🙂🙏

Baca juga: Perjalanan Menuju Dua Empat (Part 2)

Tahun 2018 saat usiaku menginjak 20 tahun, aku menyibukkan diri mengikuti kegiatan ini dan itu. Menyibukkan diri dengan jadwal kuliah yang padat dengan segala tugasnya. Kalau sudah capek dengan keduanya, aku melarikan diri dengan menjalani hobiku: menulis, membaca, atau merajut. Menulis dan membaca masih berjalan waktu itu, tapi kalau merajut cuma sesekali aja. Kalau dilihat dari arsip tulisan 2018 itu aku masih aktif menulis review buku dan beberapa tulisan menjelaskan akan comeback untuk aktif menulis tapi hasilnya malah ZONK!!! 🤷‍♀‍🤦‍♀‍ [marahin diri sendiri]

Di usia 20 tahun saat itu aku masih sering menyalahkan keadaan, masih sering bertanya ‘kenapa aku’, masih sering ngeyel dan mendebat, masih ambisius, dan tentu saja masih idealis. Aku jadi pengen menertawakan diriku lagi 🤣🤣🤣 nggak apa-apa menertawakan diri sendiri, daripada menertawakan orang lain, nanti orang lain jadi sakit hati hmmm..

Lanjut, di tahun 2019 aku sudah mulai bisa melepas organisasi karena aku sudah memasuki semester akhir dan di akhir tahun 2019 aku sudah bisa mengambil skripsi. Jadi waktu itu aku fokus untuk mengejar skripsiku, soalnya kalau mengejar dia masih susah.. dia sudah mapan, aku masih remahan~

Keadaanku waktu itu sudah membaik karena aku sudah belajar tidak menyalahkan keadaan dan mulai menerima serta belajar dari keadaan. Belajar buat nggak bertanya ‘kenapa aku’, belajar ngerem buat nggak ngeyel dan nggak mendebat. Ada satu kutipan yang aku suka, kutipan yang disampaikan oleh seniorku dan paling membekas sampai sekarang: “don’t ask why me, but try me!”. Kutipan yang membuatku menjadi lebih percaya diri menghadapi hidup dan segala persoalannya.

Kemudian di akhir 2019 aku sempat terkendala sama ambisius dan idealisme-ku sendiri. Waktu itu sedang mengerjakan skripsi dan aku pengennya skripsiku: PERFECT!. Sayangnya, itu nggak memungkinkan karena berbagai faktor yang tidak mendukung. Yaudahlah, aku lagi dan lagi harus belajar menerima 🙂

Skripsiku akhirnya selesai di tahun 2020 setelah berproses selama 6 bulan lamanya. Fyuh, akhirnya selesai juga! Betapa senangnya aku waktu itu, tapi senangnya juga nggak lama soalnya harus kembali pada realita bahwa SUDAH LULUS, MAU APA?, realita yang kemudian membuatku tersadar dari tidur panjang selama di bangku kuliah. Bangku kuliah ‘kan sangat membuat terlena sekali, jadi mahasiswa dan berkutat dengan tugas-tugas kuliah, jadi aktivis kampus dengan kesibukan berbagai acara, ikut pekerjaan freelance atau ambil pekerjaan partime dimana tuntutannya nggak sebanyak bekerja fulltime. Keasyikan itu jadi membuat saya melupa, hehe 😅

Perjalanan panjang di tahun 2020, skripsiku selesai dan aku dinyatakan lulus, tapi sayangnya justru pandemi sedang terjadi. Aku jadi kesulitan mencari pekerjaan waktu itu, aku sebagai fresh graduate bersaing dengan mereka yang berpengalaman dan sedang mencari pekerjaan lantaran pandemi membuat sebagian perusahaan mengurangi karyawannya. Sempat overthinking, hampir depresi, hidup nggak teratur, pokoknya kacau banget waktu itu. Apalagi soal permasalahan dengan orang terdekatku yang sangat menguras energiku, aku sampai menyalahkan diriku sendiri. Alhamdulillah, orang-orang baik di sekitarku membantuku untuk bangkit kembali. Sampai akhirnya, tanggal 30 November 2020 aku diterima di sebuah perusahaan berkembang (sebut saja start-up). Hidupku berubah dari sana, karena pertama kalinya aku melepas status mahasiswa menjadi karyawan. Yah, memang berdarah-darah diawal pekerjaan soalnya waktu itu WOW banget aku mengambil pekerjaan dengan tantangan achievement target yang ditentukan. Anaknya suka sama tantangan jadinya pekerjaan yang ada tantangan ya diambil 🙂🙏

Tahun 2020 usiaku 23 tahun dan aku sudah mempunyai pekerjaan. What an achievement!!! Rasanya senang waktu itu, meskipun banyak yang sebenarnya aku keluhkan juga terkait dengan kantorku. Tapi, Alhamdulillah aku bisa bertahan selama satu tahun di sana. Sebetulnya aku ingin menyerah di bulan pertama, waktu itu juga ada tawaran pekerjaan, tapi aku nggak terima pekerjaan itu sih soalnya aku merasa aku kerja di kantor itu belum lama, jadi aku mau berkecimpung dulu di sana. Kemudian selama 6 bulan di sana, aku berniat resign dan ternyata aku mendapatkan jobdesk baru. Aku merasa jobdesk itu akan bermanfaat buat diriku dan pekerjaanku di masa mendatang, akhirnya aku bertahan. Sampai akhirnya, 6 bulan kedua alias 12 bulan di kantor sebelumnya, aku memutuskan untuk resign. Menurutku pribadi sudah cukup untuk berada di posisi tersebut dengan ilmu yang sudah aku dapatkan juga. Jadi, aku ingin mengembangkan diriku untuk berkarir lebih jauh lagi~

Nah, tahun 2022 dimana aku menjelang dua empat.. aku sudah berada di kantor baru. Aku baru bergabung di bulan Januari. Dua bulan pertama aku berada di divisi yang hampir sama seperti pekerjaan sebelumnya, kemudian aku mendapatkan tawaran pindah ke divisi lain. Aku memilih pindah ke divisi lain, yang mana menurut aku pekerjaan di divisi lain (divisi-ku saat ini) sangat bermanfaat buat perusahaan dan aku pribadi. Alhamdulillah, sampai sekarang sudah betah di divisi baru dengan segala kepusingan permasalahannya. Lagi dan lagi: ini kesempatanku untuk banyak belajar! Jadi pusingnya itu kalah sama kesempatan dan jalan yang terbentang lebar buat aku. Halah lebay banget deh wkwkwk 😂🤣😂🤣

Begitulah life update selama empat tahun ini, aku memang menceritakan garis besarnya saja agar tidak kepanjangan. Eh tapi sampai di sini kok jadi kepikiran buat menulis apa saja yang dilalui di blog, ya? Jadi ceritanya nggak cuma disimpan di buku harian saja, tapi dibagikan juga sebagai pengalaman. Ah, tapi nanti dulu ya.. aku pikirkan dulu baiknya bagaimana hehehe.. nanti terlanjur janji tapi tidak ditepati. Huhu takut banget aku tuh 😓

Sekian ceritanya, sampai jumpa di tulisan Perjalanan Menuju Dua Empat Part 2. See yaaa! 😊💛

Share:

0 komentar:

Posting Komentar