Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam Guys ;) Maaf mengganggu tidur kalian. Wohooo! Hari ini full of tears banget di sekolah. Astagfirullah..
Pelajaran berlangsung begitu khidmat, hening menjadikan suasana tampak hening. Mungkin para manusia sedang berpikir keras atau hanya berpura-pura mendengarkan dan memperhatikan saja. Tiba-tiba suasana berubah menjadi mencekam, kala itu datang sesosok laki-laki, berbadan tegap dan memakai kacamata. Beliau datang bersama pasukannya. Ada sekitar empat atau lima orang yang mengawalnya.
Sejenak suasana menjadi tegang, satu per satu korban maju dengan langkah tak menentu. Ada yang merasa bersalah. Tetapi ada juga yang tidak merasa bersalah. Fifty-fifty. Ketika laki-laki itu angkat bicara, raut wajahnya berubah menjadi riak amarah. Sebenarnya dia amat menyayangi korban itu. Tetapi dia kecewa akan perlakuan si korban. Hanya amarah yang mampu ia luapkan. Mungkin dengan begitu si korban akan berubah. Akan jera. Dan tidak mengulangi lagi tindakannya. Itulah harapannya.
Sayang seribu sayang, tangannya tak kuasa menahan beban. Hingga sengaja atau tidak sengaja tangan itu menggapai sebuah benda halus yang mungkin saja pernah memberontak padanya. Suasana semakin menjadi. Isak tangis bermunculan disana-sini. Termasuk isak tangisku. Aku terus menyekanya. Tidak sadar berapa buih air mata itu jatuh begitu saja. Apa yang ada dipikiranku saat itu? Si korban melakukannya dan ia mendapatkan semua itu dari hasil perbuatannya, lalu mengapa aku menangis? Tidak jelas pastinya. Hanya saja aku sangat merasa tertekan dengan tindakan itu, tangan ringannya. Terlebih lagi, satu per satu korban ada beberapa yang aku ketahui latar belakangnya. Semua itu menambah suasana menjadi pilu.
-------------------------------------------------------------
Waktu berselang kemudian. Detik berganti menjadi menit. Memaksa manusia berpindah dari tempat ini menuju tempat itu. Kala itu seseorang yang pernah aku abaikan dahulu duduk tepat dibelakang aku. Dia bersama temannya. Aku bersama temanku. Kami dekat bukan? Tapi sebenarnya kami jauh. Saat dia mencoba membuka pertanyaan dengan temannya, aku berusaha menimbrung. Berharap niat baikku untuk membuka diri akan diterimanya. Berharap apabila hatiku menyatakan baik-baik saja. Tetapi fakta menunjukkan tanda ketidak setujuannya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Tidak mendengarkan niatan yang aku tanamkan. Baginya aku siapa? Teman? Bukan. Aku hanya segelintir masalah yang pernah hadir dihidupnya. Aku hanyalah mengusik hidupnya. Tidak penting. Bulir air mata tak sengaja ku jatuhkan. Mengalir begitu saja. Tak terbendung. Agaknya luka untuk diabaikan itu masih menancap.
It's okay. Santai aja. Duniaku duniaku dan duniamu duniamu. Kita adalah dua dunia yang tidak akan bersatu. Pernah bertemu tapi tidak pernah menyapa. Tidak bisa berkerja sama. Suratan takdir agaknya memang tidak bisa diubah. Egomu terlalu keras untuk dipatahkan. Hatimu tak mudah dilulukan. Hanya satu: kunci dalam dirimu. Andai saja pikirmu bisa menerima masukan dari sekitarmu. Andai saja hatimu senantiasa dibersihkan. Mungkin kamu masih bisa menyerap satu dua hal yang bisa membuatmu tegak kembali. Ah, ini hanya dunia fantasiku saja. Dunia khayal yang selamanya tidak akan kenyataan. Kembali lagi: Siapa aku? Orang yang tertolak dikehidupanmu.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam Guys ;) Maaf mengganggu tidur kalian. Wohooo! Hari ini full of tears banget di sekolah. Astagfirullah..
Pelajaran berlangsung begitu khidmat, hening menjadikan suasana tampak hening. Mungkin para manusia sedang berpikir keras atau hanya berpura-pura mendengarkan dan memperhatikan saja. Tiba-tiba suasana berubah menjadi mencekam, kala itu datang sesosok laki-laki, berbadan tegap dan memakai kacamata. Beliau datang bersama pasukannya. Ada sekitar empat atau lima orang yang mengawalnya.
Sejenak suasana menjadi tegang, satu per satu korban maju dengan langkah tak menentu. Ada yang merasa bersalah. Tetapi ada juga yang tidak merasa bersalah. Fifty-fifty. Ketika laki-laki itu angkat bicara, raut wajahnya berubah menjadi riak amarah. Sebenarnya dia amat menyayangi korban itu. Tetapi dia kecewa akan perlakuan si korban. Hanya amarah yang mampu ia luapkan. Mungkin dengan begitu si korban akan berubah. Akan jera. Dan tidak mengulangi lagi tindakannya. Itulah harapannya.
Sayang seribu sayang, tangannya tak kuasa menahan beban. Hingga sengaja atau tidak sengaja tangan itu menggapai sebuah benda halus yang mungkin saja pernah memberontak padanya. Suasana semakin menjadi. Isak tangis bermunculan disana-sini. Termasuk isak tangisku. Aku terus menyekanya. Tidak sadar berapa buih air mata itu jatuh begitu saja. Apa yang ada dipikiranku saat itu? Si korban melakukannya dan ia mendapatkan semua itu dari hasil perbuatannya, lalu mengapa aku menangis? Tidak jelas pastinya. Hanya saja aku sangat merasa tertekan dengan tindakan itu, tangan ringannya. Terlebih lagi, satu per satu korban ada beberapa yang aku ketahui latar belakangnya. Semua itu menambah suasana menjadi pilu.
-------------------------------------------------------------
Waktu berselang kemudian. Detik berganti menjadi menit. Memaksa manusia berpindah dari tempat ini menuju tempat itu. Kala itu seseorang yang pernah aku abaikan dahulu duduk tepat dibelakang aku. Dia bersama temannya. Aku bersama temanku. Kami dekat bukan? Tapi sebenarnya kami jauh. Saat dia mencoba membuka pertanyaan dengan temannya, aku berusaha menimbrung. Berharap niat baikku untuk membuka diri akan diterimanya. Berharap apabila hatiku menyatakan baik-baik saja. Tetapi fakta menunjukkan tanda ketidak setujuannya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Tidak mendengarkan niatan yang aku tanamkan. Baginya aku siapa? Teman? Bukan. Aku hanya segelintir masalah yang pernah hadir dihidupnya. Aku hanyalah mengusik hidupnya. Tidak penting. Bulir air mata tak sengaja ku jatuhkan. Mengalir begitu saja. Tak terbendung. Agaknya luka untuk diabaikan itu masih menancap.
It's okay. Santai aja. Duniaku duniaku dan duniamu duniamu. Kita adalah dua dunia yang tidak akan bersatu. Pernah bertemu tapi tidak pernah menyapa. Tidak bisa berkerja sama. Suratan takdir agaknya memang tidak bisa diubah. Egomu terlalu keras untuk dipatahkan. Hatimu tak mudah dilulukan. Hanya satu: kunci dalam dirimu. Andai saja pikirmu bisa menerima masukan dari sekitarmu. Andai saja hatimu senantiasa dibersihkan. Mungkin kamu masih bisa menyerap satu dua hal yang bisa membuatmu tegak kembali. Ah, ini hanya dunia fantasiku saja. Dunia khayal yang selamanya tidak akan kenyataan. Kembali lagi: Siapa aku? Orang yang tertolak dikehidupanmu.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar