Rabu, 30 Desember 2020

It's Okay to Not Be Okay

Aku belajar banyak dari sana bahwa mengelola perasaan dari yang tadinya mood tidak baik menjadi mood baik adalah sebuah proses yang tidak mudah.

30 Desember 2020

Bagiku menyadari betapa pentingnya mengelola perasaan adalah suatu tantangan tersendiri. Apalagi mengelola perasaan yang sedang tidak menentu atau mood yang sedang tidak baik. Karena buatku menjadi seseorang yang bisa mengelola perasaan diri sendiri merupakan tanda kedewasaan seseorang. Seiring bertambahnya usia, jika tidak mengenal perasaan sendiri malah membuat bingung mengenali apa yang sebenarnya diinginkannya. Meski begitu, perjalanan mengenal perasaan sendiri juga tidaklah mudah.

Setelah minggu kemarin dihadapkan oleh perasaan bersalah, awal minggu ini dihadapkan oleh perasaan tidak menentu yang disebabkan oleh faktor period. Aku menyadari bahwa ketika period, perempuan selalu berhadapan dengan perubahan perasaan yang sangat tidak menentu, sebentar begini dan sebentar begitu. Aku sudah menyadari beberapa kali setiap kali period, mood menjadi mudah berubah dengan cepat. Begitu aku sadar malah membuatku merutuki diri sendiri mengapa melakukan hal-hal diluar biasanya. Rasanya benar-benar merepotkanku ketika sadar dan membuatku menyesal. Tapi, mau mengulanginya juga tidak bisa.

Perasaan bersalah setelah ketidakjelasan perasaan itu membuat runyam hati antara mau menyalahkan diri sendiri atau meminta maaf terhadap apa-apa yang sudah dihadapi dengan tidak seperti biasanya. Beberapa minggu yang lalu, aku juga dihadapkan dengan perasaan yang sama, tetapi penyebabnya bukan period (meski sebenarnya waktu itu juga sedang period). Rasa penasaranku dipancing oleh suatu hal yang membuatku merasa sebal. Sebenarnya jika dipikir-pikir mengapa aku harus merasa sebal, setelah aku tau perasaan sebenarnya (maaf tidak bisa aku ceritakan disini), aku jadi mengerti diriku saat itu. Aku memilih untuk meredam rasa penasaranku itu dan berpikir bahwa itu bukan urusanku. Cukup.

Perasaanku netral ketika period tahap pertama di bulan ini selesai. Aku kembali menjadi diriku seperti semula, diriku yang biasanya. Dan, tiba-tiba tanpa aku ketahui penyebabnya, aku mengalami period tahap kedua di bulan ini. Aku saat itu langsung bertanya-tanya kenapa aku bisa mengalaminya sampai dua kali dalam satu bulan. Apa aku sehat? Apa itu normal? Jawabannya normal, karena beberapa perempuan juga mengalami hal yang sama.

Sayangnya, awal minggu ini aku menghadapi sesuatu yang membuat mood tidak baik. Aku yang biasanya tidak cranky karena suatu hal kecil, tiba-tiba aku menjadi sangat sensitif dan membuat mood berantakan. Aku kacau hari itu. Beruntungnya, aku buru-buru disadarkan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Aku segera mengatasinya dengan menetralkan perasaanku sendiri. Setauku, coklat bisa mengobati mood yang tidak baik, aku kemudian mengajak temanku untuk membeli coklat, meski pada akhirnya membeli kopi, hehe. Setidaknya, mood-ku lebih membaik.

Menyadari betapa kacaunya aku hari itu, aku merasa bersalah terhadap seseorang karena tidak membantunya sama sekali. Aku memberanikan diri untuk jujur bahwa perasaanku sedang tidak baik-baik saja, lebih tepatnya mood sedang tidak baik dan akibatnya aku menjadi seseorang yang tidak seperti biasanya. Sebenarnya itu masalahku sendiri karena menjadi sangat tidak peka dengan situasi, tapi aku mencoba menceritakannya karena aku merasa bersalah. 

Buatku setelah membeli kopi, menetralkan perasaanku sendiri, dan akhirnya bisa cerita adalah suatu proses bahwa aku menyadari perasaanku sendiri dan mencoba mengatasinya. Selebihnya, sebelum cerita aku berpikir kalau yang sudah terjadi ya sudah, ambil sisi positifnya saja. Aku bilang hal itu berulang-ulang kepada diriku sendiri, semacam mengucap mantra agar aku lebih tenang menghadapi perasaan kalutku sendiri. Dan, setelah cerita, aku jadi bertambah lebih tenang karena sudah menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. 

Aku berpikir bahwa it’s okay not to be okay. Nggak apa-apa buat nggak baik-baik saja. Tidak semua yang terjadi di dalam hidup kita akan selalu baik-baik saja karena akan ada fasenya untuk tidak baik-baik saja. It’s normal. Buatku sebagai perempuan yang setiap bulan dihadapkan dengan perasaan tidak menentu seperti itu merupakan suatu hal yang wajar. And again, it’s normal. Aku belajar banyak dari sana bahwa mengelola perasaan dari yang tadinya mood tidak baik menjadi mood baik adalah sebuah proses yang tidak mudah.

Semakin mengerti bahwa perasaan sedang tidak baik-baik saja dan perasaan itu membuat seluruh energi habis untuk mengurusi perasaan tidak baik itu justru semakin bagus. Karenanya kita diajak untuk menyelami perasaan itu sendiri, perasaan yang sebenarnya bukan kita mau dan perasaan yang bukan menunjukkan diri kita yang sebenarnya. 

Lagi, aku bersyukur hari itu sudah disadarkan dengan masalah perasaanku sendiri dan membuatku kacau di hari itu. Kalau aku tidak sadar dan kemudian aku tidak bercerita malah membuatku merasa tidak berguna. Beruntungnya, aku segera sadar, mengelola perasaanku sendiri, dan bercerita karena dengan begitu perasaanku tidak berlarut-larut. Dan, aku memulai hari selanjutnya dengan perasaan yang lebih baik.

~

Terima kasih banyak untuk diriku sendiri dan pihak yang terkait untuk membantuku memulihkan perasaanku. It means a lot for me. Kalau tidak sadar dan tidak ada kalian mungkin aku sudah menangis sendirian kemudian baper berkepanjangan. Aku anaknya gampang dibikin nangis tapi gampang dibikin seneng. Jadi? Ya aku udah seneng soalnya malam itu persoalan selesai! 😊🙏

Selamat menyambut tahun baru dengan senang hati. Yeay! 🎉🙌

Share:

0 komentar:

Posting Komentar