Jumat, 30 April 2021

Halo, April!

April, 2021. 

Ada banyak cerita yang terjadi selama aku tidak menulis di sini.

Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di sini dan aku merindukan momen untuk bercerita di sini. Terakhir di tahun lalu aku mencurahkan segala perasaanku di sini dan sekarang mungkin waktu yang tepat untuk mencurahkan segala perasaanku. Empat bulan berlalu dan ada banyak rangkaian cerita yang terjadi selama ini.

Aku selama ini masih bisa mengatasi masalahku dengan bercerita dengan orang lain. Aku sama sekali tidak menulis di blog ini, sesekali aku masih menulis di buku harianku, tapi tidak sesering itu juga menulisnya. Kesibukanku banyak menyita waktuku dan aku tidak banyak mempunyai waktu untuk diriku sendiri. Aku bisa membagi waktuku untuk diriku sendiri tapi aku terlalu lelah untuk menulis. Entah kenapa mood-ku sedang tidak ingin menulis sampai selama ini.

Kali ini aku ingin menuliskan kisahku selama empat bulan ini!

Aku sudah bekerja sejak awal Desember tahun 2020 kemarin dan sekarang sudah bulan ke-5 aku ada di kantor yang sekarang. Kondisiku sekarang jauh lebih baik karena aku menemukan teman-teman baru yang dapat kupercayai. Aku berada di lingkungan yang positif dengan value perusahaan yang sama positifnya juga. Aku meyakini sepenuhnya bahwa semua baik.

Canggung ya setelah sekian lama tidak menulis? Iyaaa, canggung banget. Aku akui kalau diriku juga kehilangan “diri sendiri” selama empat bulan ini. Aku benar-benar menjadi diriku yang lain, yang mengatasi masalahnya dengan tidak menulis di sini atau di buku harianku. Aku benar-benar sepenuhnya mengandalkan diriku dan mengandalkan temanku sebagai tempat bercerita. Terkadang aku berbicara dengan diriku sendiri, bertanya mengapa aku menjadi seperti saat ini. Diriku yang sedang menghindari menulis sebagai kegiatan rutinku. Healing time. Padahal, kalau dipikir-pikir lagi aku lebih membutuhkan menulis segala sesuatu yang terjadi di hidupku daripada bercerita pada orang lain. Iya, kadang aku membutuhkan orang lain untuk bercerita, namun aku juga seharusnya mengerti bahwa menulis adalah duniaku.

Aku aneh. Merasa aneh dengan diriku sendiri. Empat bulan ini.

Tapi disisi lain aku justru menemukan diriku yang lain. Diriku yang bisa terbuka dengan orang lain. Diriku dengan dunia baru. Dengan teman-teman kerja yang peduli akan diriku. Aku yang semula menjaga jarak karena aku diantara niat dan tidak niat untuk membuka diri. Disitulah jawabannya, aku menemukan ritme bersama orang yang baru kukenal selama bekerja ini. Aku tidak merasa sia-sia untuk meninggalkan dunia menulisku selama ini. Aku justru bersyukur dipertemukan dengan duniaku yang baru. Dunia yang kujalani saat ini, besok, dan nanti sampai waktunya aku tidak lagi membersamai mereka–yang artinya entah aku resign atau aku diberhentikan. Aku tidak tahu bagaimana nanti. Aku cuma ingin mengerti bagaimana menikmati duniaku saat ini. Itu saja.

~

Empat bulan.

Apa kabar dia? Setelah akhir tahun dihabiskan dengan kesalahpahaman itu dan bergantinya tahun dihabiskan dengan kesibukan sendiri sendiri. Apa kabar perasaan? Apakah masih sama ataukah sudah berbeda? Saya tidak tahu bagaimana pastinya, tapi harapan itu masih kulantunkan dalam setiap doaku pada-Nya. Tidak tahu bagaimana akhirnya, tapi selama harapan itu masih tersemat.. aku selalu percaya ada peluang untuk aku mendapatkan harapan itu. Yah, meskipun resikonya harus bergelut dengan ketidakpastian. Tidak mengapa. Itulah perjalanan. Itulah pilihan. Pilihanku.

Kadang aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri: mengapa bergelut dengan ketidakpastian? Bukankah kamu adalah seseorang yang sangat tidak menyukai ketidakpastian? Bahkan ketika ada masalah pun kamu ingin masalah itu cepat selesai karena kamu tidak suka digantungkan. Meski terkadang pada akhirnya kamu juga membiarkan waktu yang menjawabnya. Tapi mengapa dalam hal ini kamu menjadi dirimu yang lain?

Barangkali ini semacam berharap yang berlebih atau barangkali ini yang dinamakan bertahan pada suatu pilihan. Entah mana yang tepat untuk menamainya. Selama ini aku cuma mengerti bahwa hati itu masih ada di sana. Sejak saat itu. Sejak mulanya hanya mengagumi segala kemampuannya sampai melihatnya di titik terendah waktu itu. Yah, meski aku tidak tahu apakah itu titik terendahnya atau bukan, tapi aku tetap melihatnya bersedih hati dan menurutku itu manusiawi. Tenang saja, kalau kamu membaca ini, aku tidak menganggap kamu lemah kok. Aku melihatmu sebagai seseorang yang memiliki rasa kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi–yang mana hal tersebut di beberapa kesempatan juga kudapatkan. Istimewa atau tidak istimewa bagimu, tapi bagiku itu istimewa. Aku lebih menyukai seseorang dari karakternya bukan dari penampilannya. Sudah. Aku tidak mau membahas hal itu. Sudah. Aku pernah menulis bagian titik terendahnya ini di facebook dan sudah cukup. Cukup.

Anggaplah aku bodoh. Menunggu sesuatu yang tidak pasti. Berharap pada yang tidak pasti. Dan, segala ketidakpastian lainnya yang mungkin menghantuiku selama ini. Satu hal yang bercokol dalam hati dan pikiran. Diam-diam bersembunyi dan merumitkan diri sendiri kalau sudah bermacam pertanyaan menyeruak dengan sendirinya. Yah, berharap sendirian. Berpikir sendirian. Punya perasaan sendirian. Nggak enak!

... yaaa tapi tetep dilakuin sih! haha *menertawakan diri sendiri*

~

Empat bulan!

Apa kabar buku yang aku baca? Apa kabar rencana dan resolusi? Apa kabar mimpi-mimpi? Huh, banyak pertanyaan yang sebenarnya butuh dieksekusi bukan dipertanyakan. Sedangkan aku senang mempertanyakan. Hmmm. Diriku!

------

Halo, Mei. Mari menguatkan diri!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar