Minggu, 23 September 2018

[REVIEW BUKU]: DEAR NATHAN - ERISCA FEBRIANI

Selamat malam menjelang pagi, teman-teman! 😁
Judul Buku : DEAR NATHAN
Penulis : ERISCA FEBRIANI
Penerbit : BEST MEDIA ( PT MELVANA MEDIA INDONESIA)
Tebal Buku : 528 halaman
Tahun Terbit : Mei, 2016 (Cetakan Ke-5)

SINOPSIS :
Berawal dari keterlambatan mengikuti upacara pertama di sekolah baru, Salma Alvira bertemu dengan seorang cowok yang membantunya menyelusup lewat gerbang samping. Selidik punya selidik, cowok itu bernama Nathan; murid nakal yang sering jadi bahan gossip anak satu sekolah.

Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi, yang justru mengantarkan Salma untuk menjadi kian lebih dekat dengan Nathan. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang, seperti langit dan bumi; yang tidak bisa bersatu tapi saling melengkapi.

Novel ini mengisahkan tentang masa indah putih abu-abu, persahabatan, pelajaran kehidupan, dan pentingnya untuk selalu menghargai perasaan.

 ***

“Dear Nathan itu keren. Benar-benar khusus buat anak-anak muda di masa sekarang. Pokoknya rekomendasi banget! semua anak muda harus baca cerita ini.” ---POPPI PERTIWI, Novelis

“Saya dibuat tersenyum sepanjang cerita dengan kekonyolan khas anak SMA. Ditambah gaya penuturan luwes seakan mengilas balik memori saya sewaktu duduk di bangku SMA. Good job, Ris!” ---LM Cendana, Novelis

“Novel ini pecah! Bukan hanya membuat pembaca suka dengan Nathan, tapi di cerita ini mengajarkan kita tentang arti persahabatan, kekompakan, pentingnya keluarga, dan belajar dari masa lalu.” ---WULAN D, Reader

“Cerita yang powerfull dan sukses buat pembaca penasaran dengan kelanjutannya. Love story antara Nathan dan Salma pun selalu bikin baper! Alur yang pas serta penulisan yang sempurna, menambah nilai tinggi pada cerita ini. Intinya, love it so much, and have fun for the novel.” ---HOLANGGG, Reader

“Aku membaca novel ini di tengah skripsiku dan novel ini sukses bikin aku lupa harus lanjutin skripsi supaya lulus tepat waktu. Erisca punya daya magis untuk membuat pembacanya duduk diam hingga halaman terakhir bukunya. Jangan sampai kamu lewatkan kejutan di bagian akhir.” ---DWITASARI, Penulis Bestseller Raksasa dari Jogja

REVIEW :
Dear Nathan adalah novel pertama karya Erisca Febriani. Penulis yang akrab disapa Eris atau Risca ini mempunyai hobi menulis, yang merupakan salah satu hobi yang digelutinya sejak SMP. Sebelumnya, Erisca pernah membagikan cerita Dear Nathan melalui Wattpad yang akhirnya diterbitkan menjadi novel. Kesan pertamaku membaca novel ini karena aku tertarik sewaktu tahu film-nya sudah rilis. Hwaaa, kedua kalinya korban film terus jadi penasaran sama novelnya. Sebenarnya, setiap kali aku mereview novel, ada rasa nggak PD soalnya takut aku bakalan spoiler, tapi semoga aja enggak! xD

Pertama kali lihat cover bukunya, menarik! Karena ternyata dari covernya mampu menjelaskan keseluruhan isi novel (P.S: kalau sudah baca sampai akhir pasti bakal paham!). Aku suka konsep dan warnanya, nggak kontras dan tetap sederhana. Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, membuat pembaca diajak untuk mendalami setiap karakter maupun cerita yang disajikan. Novel ini juga menggunakan alur maju-mundur, jadi selain pembaca diajak menikmati alur cerita, pembaca juga diberi penjelasan awal mula terjadinya cerita tersebut.

౦౦౦౦౦

Bercerita tentang Salma Alvira, cewek pintar dan belum pernah mengerti rasanya dunia pacaran. Salma yang terlambat datang ke sekolah justru dipertemukan dengan Nathan, cowok nakal yang sering menjahili teman-temannya. Salma akhirnya dibantu oleh Nathan untuk masuk gedung sekolah meski terlambat, menjadikan Salma bertanya-tanya tentang siapa Nathan. Salma yang merupakan anak pindahan mempunyai teman seperti Rahma, Meysha, Orlin dan Afifah (teman Salma yang satu kelas dengan Nathan).

Cerita berlanjut dengan PDKT ala Nathan mulai dari membopong Salma ke UKS gara-gara Salma melihat Nathan sedang berantem didepannya langsung yang membuat Salma pingsan, Nathan yang merasa bersalah akhirnya meminta nomor hape Salma melalui Rahma (teman sekelas Salma) hanya untuk memastikan keadaan Salma.  Lalu, Nathan juga pernah membantu Salma sewaktu dia digodain kakak kelasnya. Saat itu wajah Salma yang pucat dan terlihat seperti ketakutan, membuat Nathan tidak tega melihatnya dan mengantarkan Salma pulang.

Dari situlah Nathan mulai mendekati Salma. Salma yang kaku dan bersikap dingin, membuat Nathan selalu mencari-cari cara untuk terus mendekati Salma. Meskipun begitu, Salma masih tetap berhati-hati dengan cowok seperti Nathan, dirinya takut kalau hanya dipermainkan, sampai Nathan menyakinkan Salma dengan ucapan, “Meskipun saya tampangnya berandalan, tapi saya amat sangat menghargai perempuan. Perempuan itu kayak kaca, kalau retak ya bakalan retak seumur hidup dan bakal bisa balik kayak semula. Gimanapun caranya.” (hal. 95). 

QUOTES TER-GEMESSS:
"Coba deh sekali-kali kamu main ke hati saya, siapa tahu betah."
---Nathan (Hal. 183)

Memasuki bab-bab selanjutnya, pembaca akan diajak untuk menyelami cerita Salma dengan kesibukannya menjadi pengurus OSIS yang membuatnya berhadapan dengan Aldo---ketua OSIS ganteng nan pintar---, latihan marching band, hingga pernah dilabrak oleh Dinda---seniornya---yang suka sama Nathan. Pembaca juga diajak untuk menyelami kisah Nathan yang jahil, nakal, terkenal seantero sekolah dan satu-satunya junior yang dekat dengan kakak kelas seperti Adit, Budi, dan Gery.

Dibalik kenakalannya, Nathan mempunyai pengalaman yang menyakitkan di masa lalu. Ditinggalkan Seli---sahabatnya---disaat dia membutuhkan seorang teman dan dia sangat terpukul karena kematian saudara kembarnya dan kondisi Mamanya yang diasingkan di sebuah paviliun karena penyakit yang dideritanya semenjak kehidupannya berubah. Sementara itu, Papanya memilih untuk meninggalkan Mamanya dan menikah lagi. Hal itu membuat Nathan tertekan dan melampiaskan rasa sakitnya diluar rumah. Novel ini tidak hanya menyajikan cerita tentang kisah asmara masa SMA semata, tetapi juga tentang keluarga dan persahabatan.

౦౦౦౦౦

Novelnya bikin ketawa ketiwi kalau inget zaman-zaman SMA yang mulai PDKT gitu, tapi tetap pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima oleh pembaca. Novel ini termasuk dalam bacaan ringan karena dikemas dengan bahasa sehari-hari yang ringan untuk dipahami. Membaca novel ini sekilas seperti novel Dilan karena sama-sama memiliki setting sekolah. Disamping itu, kelebihannya adalah penulis menggambarkan sosok karakter utamanya sangat kuat. Meskipun perbedaan karakter antara Salma dan Nathan sangat kontras, tapi bisa mengimbangi satu sama lain. Nathan yang sebenarnya petakilan, bisa menjelma menjadi sosok yang lembut dan manis dihadapan Salma. Mengikuti kisah Salma dan Nathan bikin gemas, tapi mereka sweet banget dan Nathan juga bikin baper. Kemarin aku habis dibikin baper sama Dilan, sekarang Nathan. Hmm, rasanya… biasa aja! 😋 *ditampol warganet*

Aku suka dengan tokoh Nathan. Well, bukan karena gombal-nya. Tapi karena sifat dan sikapnya sih, yang langsung menunjukkan apa yang dia sukai maupun apa yang tidak disukai. Yang kemudian bikin aku ngaca, aku belum bisa kayak gitu, soalnya aku orangnya nggak enakan. (Tidak baik untuk dicontoh) 🙈 Membaca novel ini membuatku belajar tentang menghargai sebuah pengorbanan, sebuah perasaan, dan terlebih lagi berdamai dengan diri sendiri, mau menerima dan memaafkan apa yang sudah terjadi. Poin terakhir, jujur, rasanya berat sekali. Ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, disitu rasanya ingin menyerah. Tapi waktu? Tidak bisa kembali diulang, yang ada hanyalah bagaimana caranya untuk memperbaiki yang sudah terjadi. Baper euy! 😓

Menurutku, kekurangan dari novel ini adalah tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh yang menurutku itu cukup menganggu itu sebenarnya teman-temannya Salma dan Nathan. Menurutku, Salma berteman dengan 2 orang saja cukup, tapi ini sampai 4 orang. Sedangkan teman-teman Nathan yang cukup mengganggu adalah kakak kelasnya, padahal novelnya juga menceritakan bagian teman sekelas Nathan, yang menurutku itu sudah lebih dari cukup didalam cerita. Dan lagi, bahasa yang digunakan tokoh utama, Nathan, menurutku itu terlalu baku karena menggunakan 'saya-kamu' dan nggak nyambung kalau disejajarkan sama 'elo-gue'. Sewaktu membacanya, aku sebenarnya bingung, karena membaca kan sekaligus membatin ya? Nah, rasanya aneh pas baca 'elo-gue' terus jadi 'saya-kamu'. Karena novel ini hampir dekat dengan kejadian di sekolah, aku menemukan bagian-bagian yang kurang logis. Dan juga, tebal novel ini membuat ceritanya terlalu bertele-tele. Menurutku, ada bagian yang dipangkas atau dipersingkat nggak bakalan mengganggu jalannya cerita kok! hehe...

But, overall, aku menikmati membaca novel ini. Aku juga sangat bangga dengan Erisca, secara sesama lahir tahun 98, dia sudah berhasil menerbitkan beberapa novel, lah aku mah apa atuh? Sampai sekarang masih jadi rempehan peyek. Kamu keren, Ris! Memotivasiku untuk terus menulis! 😍 Aku merekomendasikan buku ini buat teman-teman yang pengen bacaan ringan dan mudah dipahami sekaligus dekat dengan kehidupan masa SMA, ya sekalian nostalgia gitu, hehe! Untuk novel ini aku kasih 3,5 bintang dari 5 bintang.

Ditunggu ya, review seri selanjutnya. See you!

THE BEST PART
"Seorang Ayah berbeda dengan ibu yang dengan gamblangnya dapat menunjukkan emosi dan perasaan. Marahnya seorang ayah adalah diam. Tangisnya seorang ayah adalah diam. Bahagianya ayah adalah diam. Kecewanya ayah adalah diam. Ayah adalam makhluk tanpa ekspresi yang sebenarnya menyimpan jutaan perasaan dalam dadanya." - hal. 456
Share:

0 komentar:

Posting Komentar