Perjalanan kali ini membuatku sadar kalau ada yang harus aku selesaikan, tapi juga ada yang harus aku mulai. Menyelesaikan perasaan yang lalu, memulai perasaan yang baru.
Halooo, kali ini membawa cerita baru perjalanan pertamaku di tahun 2024. Manusia mana yang suntuk di Jogja lalu memutuskan ke Jakarta? Ya, manusia itu salah satunya adalah saya. Berawal dari suntuk, berakhir dengan ngantuk.. ehhh bukan. Perjalanan kali ini benar-benar menjadi pergolakan hati dan pikiranku sendiri.
Tidak bisa dipungkiri kalau aku mengawali perjalanan ini dengan menghubungi salah satu orang yang paling ingin aku temui. Iya, kamu tidak salah membaca, orang yang paling ingin aku temui. Sayangnya, takdir berkata lain. Jadi, di perjalanan kali ini aku dipertemukan dengan orang lain.
Aku mengambil cuti dua hari, karena kantorku hanya memberi izin dua hari. Lalu, aku memutuskan untuk pergi di hari Jumat & Sabtu, sedangkan hari Minggu yang biasanya aku lembur bekerja. Aku memutuskan untuk mengambil libur, tumben? Iya, kali ini aku benar-benar butuh jeda.
Sebenarnya, pekerjaanku sedang tidak banyak. Tapi permasalahan hidupku benar-benar menguras energi. Beberapa bulan lalu, aku denial merasa baik-baik saja, ternyata tidak. Semuanya tumpah ketika aku sampai di Jakarta. Jadi, short escape ke Jakarta itu kemana aja?
◐◐◐◐◐
The first place that I want to visit, sederhananya karena dulu sewaktu study tour itu aku sedang tidak sholat. Jadi aku tidak bisa masuk Masjid Istiqlal. Kali ini, entah mengapa, aku ingin sholat subuh di masjid itu. Kenapa subuh? Karena aku tau kalau siang sampai malam aku sudah pergi ke tempat lain. Aku juga ingin merasakan vibes sholat subuh di masjid sebesar itu, pasti tenang dan sepi. Feels like magic karena sudah pasti adem. Ngademin hatiku juga~
Aku datang tepat pukul 4 dan aku baru tau kalau harus menitipkan alas kaki di depan masjid, jadi harus jalan kaki ke tempat wudhu. Akhirnya, aku titip alas kaki dan buru-buru mengambil wudhu karena waktu sholat jamaah semakin mepet. Ternyata, setelah selesai wudhu, aku masih harus jalan -lebih tepatnya setengah berlari- ke tempat sholat karena aku harus melewati lorong panjang dan naik tangga untuk sampai ke tempat sholat perempuan. Alhamdulillah, tidak ketinggalan sholat dan setelah sholat menyempatkan untuk mendengarkan kultum subuh serta bengong. Yappp, hidup bagian bengong tidak boleh ketinggalan hihi. Kultum subuh kali ini tentang rezeki, aku merasa kalau kultum itu PAS BGT dengan kondisiku. Jadi merasa bahwa itu reminder dari Allah SWT. *menangys* 😭😭😭 Isi kultumnya kurang lebih seperti ini:
Tempat kedua yang aku kunjungi adalah Taman Ismail Marzuki. Aku tidak keliling sampai bagian belakang, hanya berkeliling sebentar dan diberi tau temanku kalau di taman ini sering ada acara Kenduri Cinta & dia sering datang. Lalu, kami masuk ke perpustakaan. Nah, di Taman Ismail Marzuki ada 2 perpustakaan: Perpustakaan Jakarta atau Perpustakaan Cikini & Perpustakaan HB Jassin. Aku dan temanku bisa masuk ke Perpustakaan Jakarta, tapi sayangnya tempat duduk habis. Jadi aku hanya sempat sholat Dzuhur disana, itu pun antri panjang. Karena aku janjian dengan temanku yang lain, akhirnya aku pindah ke perpustakaan HB Jassin. Disana kami bisa dapat tempat duduk (meski hanya lesehan) dan memang di perpustakaan HB Jassin tidak ramai seperti perpustakaan sebelah. Hmmm, aku jadi pengen ke perpustakaan Jakarta lagi karena belum puas! 😫 Oiya, untuk masuk ke perpustakaan ini perlu mendaftar keanggotaan terlebih dahulu, agar sesampainya disana bisa langsung scan dan masuk perpustakaan. Cara daftarnya bisa dibaca di sini: Panduan Berkunjung Ke Perpustakaan Taman Ismail Marzuki.
Mau jadi anak skena? Ya, harus ke Blok M haha. Waktu itu sempat viral di sosial media, bagiku kayak hmmm pusatnya anak anak gaul yah. Kalau saya mah anak-anak usia 4 bulan lebih 26 tahun ((loh 😲 wkwkwk)). Sebenarnya aku tidak berencana ke tempat ini, tapi karena temanku mengajak kesini, yasudah aku ikut. Satu-satunya tujuannya adalah membeli Kopi Tuku. Kopi yang belum ada cabangnya di Jogja, kebetulan bulan lalu sempat kolaborasi dengan salah satu toko patiseri di Jogja, tapi aku sedang sakit dan belum mencoba. Aku datang di hari Sabtu malam dan Minggu pagi. Sabtu malam aku datang bersama temanku, sedangkan Minggu pagi aku datang sendiri. Kalau Sabtu Malam aku punya kenangan buruk disana, maka Minggu Pagi aku punya kenangan baik disana. Alias Sabtu Malam bisa-bisanya ditengah keramaian Blok M & aku menangis. Aku sadar sih waktu itu rasanya berat banget dan air mata tidak bisa dibendung, kayak.. salah satu alasanku ke Jakarta adalah untuk bertemu orang itu. Ternyata tidak. Ternyata ada hal lain yang bikin aku sakit hati dan marah. Akhirnya, aku datang di hari Minggu Pagi, selain untuk mengisi perut yang kosong, aku juga ingin meninggalkan blok M dengan perasaan lebih baik. Masa iya blok M = blok Menangis? 😭🙏 Jadilah, di hari Minggu Pagi itu aku beli Haka Dimsum, dimsum yang terkenal di Jakarta dan belum ada cabang di Jogja. Aku juga mampir ke Pasar Kue Subuh, kata temanku pasarnya dimulai dari jam 4 subuh sampai jam 8 pagi. Tapi aku datang jam 8 lebih masih ada yang jualan jajanan pasar, jadi aku beli. Aku juga membeli bubur ayam untuk menghangatkan perutku. Selesai jajan, aku mampir ke Circle K, untuk membeli kopi dan menulis. Setelahnya aku mampir ke Perpustakaan Taman Literasi untuk membaca walaupun hanya sebentar. Jadi, blok M bagiku adalah menangis, merenung, meng-jajan, makan, minum, membaca, melangkah, dan memulai kisah baru.
![]() |
a place to remember: depan minimarket tempatku menangis |
Tempat terakhir yang aku datangi sebelum aku pulang ke Jogja: Gramedia Matraman. Aku penasaran Gramedia Matraman itu seperti apa, ternyata tempatnya lebih luas dibandingkan Gramedia Sudirman, Jogja. Secara di Gramedia Matraman juga sering ada acara buku seperti meet and greet dengan penulis, peluncuran buku baru, book sale, dan masih banyak lagi. Sebenarnya di Gramedia Sudirman juga ada acara, tapi tidak begitu banyak. Mungkin karena di Gramedia Matraman itu pusatnya kali ya. Jadi lebih cepat kalau ada acara (sotoy bgt 😫🙏). Aku menemukan beberapa buku yang ingin aku beli, tapi berhubung bulan ini aku sudah jajan buku, aku memutuskan untuk tidak beli buku, jadi cuma lihat dan baca aja. Waktu aku nulis ini, salah satu alasanku pengen ke Jakarta biar bisa datang ke Gramedia Matraman kalau ada acara buku, ya tentu saja itu kemungkinan mustahil kalau ternyata pekerjaan di Jakarta sangat menyita waktu. Aku belum tau rasanya kerja di Jakarta, mohon doanya semoga tahun 2025 bisa bekerja di Jakarta. Aamiin 🤲✨
◐◐◐◐◐
Setelah semua hal yang aku alami belakangan ini, mungkin benar kata temanku: "semua ada waktunya, mbak!". Termasuk waktu sedih dan sakit hati atas semua permasalahan hidupku yang menumpuk di tahun ini. Ternyata selama ini aku di fase denial, kata temanku lagi: "ya emang fasenya denial dulu mbak, nanti juga bisa menerima. kayak waktu aku putus dan nggak jadi menikah, aku jalan kaki 15 km." Aku: ((shock berat 🤯🤯🤯)) bisa-bisanya dia jalan kaki 15 km, apa nggak gempor tuh kaki?. Setiap orang punya masanya sendiri, punya penyelesaian masalahnya sendiri, termasuk memutuskan jalan kaki sejauh itu. Aku pun juga akan melakukan hal yang sama kalau aku benar-benar sakit hati, sedangkan kali ini aku mungkin cuma sakit hati ringan. Eh sejak kapan sakit hati ada takarannya? 😭
Perjalanan kali ini membuatku sadar kalau ada yang harus aku selesaikan, tapi juga ada yang harus aku mulai. Menyelesaikan perasaan yang lalu, memulai perasaan yang baru. Nggak buru-buru, pelan-pelan aja. Kata temanku lagi dan lagi: setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Iya, aku juga tau itu, tapi dia bilang gitu. Jadi, kayaknya dia cocok buka jasa konsultasi patah hati deh. (ide bisnis baru tuh 💡)
Aku berterima kasih kepada semua orang yang sudah berbaik hati kepadaku selama disana: yang utama ke teman kantorku satu itu. Baik banget Anda mau cuti, walaupun selama main tetap pegang hp ya, kadang berasa saya dicuekin 🙄. Bapak supir TJ yang sudah berbaik hati saat kartu e-money milikku gagal tap-in, mas-mas gojek yang sudah mengantarkan e-money tepat waktu padahal aku masih di perjalanan menuju Jakarta, mas-mas penginapan yang ramah, teman kamar yang nggak rese', bapak supir Jaklingko yang mengizinkan aku duduk di depan (padahal itu kursi prioritas) 😭. Terima kasih semuanya, terima kasih atas pengalaman baik itu.
~
Yogyakarta, 17 November 2024,
ditulis di Dingo Coffee UMY bersama White Latte kesukaan.
0 komentar:
Posting Komentar