Rabu, 31 Mei 2023

Jurnal Mei: Garis Edar

Semua orang punya garis edarnya masing-masing. Maybe, fall in love it doesn't have to be with someone, sometimes it just fall in love with life.

Jurnal Mei: Garis Edar

Merangkum kembali cerita di bulan April dan Mei!

◑◑◑◑◑

April disibukkan dengan puasa dan cuti bersama, selama itu pula tidak ada kegiatan yang menyita waktu. Aku benar-benar menghabiskan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang ingin aku kerjakan saat tidak libur alias cuti bersama = me time sepuasnya wkwkwk.

Flashback di awal bulan April, mengawali cerita di bulan April dengan melepas salah satu mantan leader kami sekaligus salah satu rekan kerja yang paling lama di kantor. Tidak mudah melepas beliau, tapi semoga ini keputusan terbaik untuk perannya sebagai karyawan di kantor, serta istri dan ibu di rumah. Selepas pertemuan terakhir dengan beliau di kantor, sepanjang jalan pulang tiba-tiba membayangkan diri sendiri kalau suatu saat akan menjadi istri, ibu, dan memilih sambil bekerja. Perannya terbagi: di kantor sebagai karyawan, di rumah sebagai istri dan ibu. Kemudian karena perannya terbagi, jadi nggak maksimal, terus nanti gimana? Kalau resign dari bekerja dan full-time menjadi IRT, apakah finansial mencukupi? Kalau bekerja dan berbagi peran, apakah di kantor bisa mencapai target? Di rumah juga tetap terurusi? Malah jadi debat sendiri di kepalaku bayanginnya aja berat, gimana jalaninnya ya? At the end of perdebatan isi kepala: yaudah nanti didiskusikan sama pasangan aja, lha pasangannya aja belum ada kenapa mikirnya sejauh itu? 🤣

Menjalani April dengan memanjakan diri: datang ke KRJ (Kampung Ramadan Jogokaryan), ikut sholat berjamaah di Masjid Jogokaryan, buka bersama dengan beberapa orang yang jarang ditemui, dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat. Rasanya seperti mengembalikan energi yang telah lama hilang karena ditelan oleh kesibukan. Selain itu, April bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, bulan suci. Bulan untuk saling memaafkan. Tidak kalah penting untuk memaafkan diri sendiri.

Kadang memaafkan orang lain terasa mudah, sementara memaafkan diri sendiri terasa sulit. Memaafkan luka-luka di masa lalu, memaafkan untuk tidak memaksakan diri, dan memaafkan untuk tidak mengulangi hal-hal negatif terhadap diri sendiri. Mungkin terdengar meromantisasi, tapi ternyata selama ini aku masih kurang untuk memaafkan diri dan memahami diri sendiri. Aku selalu menganggap diriku sendiri baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak. Huft…

◑◑◑◑◑

Mei dan kembali ke rutinitas semula. Iya, betul sekali. RUTINITAS SEMULA. Atau biasa disebut dengan bekerja. Dewasa ini kalau tidak bekerja lalu mau makan pakai apa? Duit orang tua? Orang tua saya nggak se-kaya itu ☹ *menangis* ((tapi kalau jadi kaya, aku aamiin-kan paling seriusss!!!)). Oke, fokus!

Mei di minggu pertama terasa seru karena aku diminta untuk mengajari rajut oleh teman-teman kantorku. Tentu saja aku menyanggupinya, itung-itung mengingatkan diri juga tentang ilmu dasar merajut dan senangnya waktu akhir bulan ini teman kantorku ada yang sudah menyelesaikan rajutannya. Good job! 🥳 Kayaknya bikin mini-class udah bisa nih~ ((dasar otak-otak bisnis)). Aku juga jadi semangat untuk menyelesaikan rajutan-rajutan yang dulu pernah aku bikin, ada banyak yang mangkrak karena kesibukan dan tidak mood untuk melanjutkan. Malah udah beli bahan baru untuk membuat project baru. Hadeh diriku!!! *menoyor diri sendiri*

Mei di minggu kedua mulai sibuk dengan urusan ini itu. Tetiba ada masalah yang membuat runyam, mungkin tidak akan runyam kalau datanya sama. Sedangkan yang dibicarakan tidak berdasar pada data, rasanya kayak tertuduh, tapi aku berusaha menenangkan diri karena dataku lengkap. Ada beberapa yang tidak aku tulis, namun secara keseluruhan dataku aman dan lengkap. Fyuh! Untungnya yaaa, jadi nggak gugup mencari data kesana-kesini. Ini juga membantu divisiku juga sih, jadi permasalahan cepat selesai. Waktu itu hampir setiap hari tidak tenang dibayang-bayangi oleh data. But, I did it! Dataku benar & selesai~

Tidak ada yang paling spesial di bulan Mei, kecuali langit biru yang akhir-akhir ini selalu menghiasi langit. Setelah beberapa bulan lalu langit banyak dihiasi oleh mendung dan datang hujan di setiap waktu. Sekarang berganti menjadi langit cerah, langit biru, dan langit senja di sore hari. Menyenangkan, bukan? Setelah melalui hari melelahkan dan melihat langit cerah itu rasanya mendapatkan penawar lelah. 

Mungkin hal terberat di bulan Mei hanya mengenai data dan angka di pekerjaan. Ohya, aku hampir lupa bahwa ada satu kejadian yang akhirnya aku lakukan demi menenangkan diriku sendiri. Yap! Menenangkan diri dari orang yang ingin menawarkan diri untuk melengkapi hidupku. Namun, prosesnya justru menganggu hidupku, karena dia terlalu menggebu-gebu, sedangkan aku tidak suka dengan proses tersebut. Kalau ada yang bilang, “mengapa tidak disegerakan? bukankah itu lebih baik?”. Jawabannya: TIDAK. Sejak dua tahun lalu ketika pertama kalinya diminta pun aku sudah memberikan kepastian jawaban untuk beberapa tahun kedepan. Kenapa? Karena aku belum siap dan sampai sekarang masih belum siap. Aku masih harus menyembuhkan dan menyelesaikan diri sendiri. Aku masih harus banyak belajar. Aku masih harus berbenah. Terkesan beralasan, namun itulah kenyataannya.

Dan akhirnya, aku memblokir akun instagram-nya. Demi kenyamanan bersama. Demi kenyamananku tentu saja. Aku selalu berharap kalau dengan aku memblokir akunnya, dia sadar kalau caranya itu justru menganggu orang. Dan, aku juga berharap bahwa suatu saat aku bisa memaafkan kejadian ini. Bukan ingin memberi harapan kepadanya, namun aku tidak ingin menyakiti hati orang.

Sebetulnya, aku nggak galau soal hubungan dan pasangan. Aku sekarang lagi di fase menikmati kesendirian: senang bekerja dan punya penghasilan sendiri, bisa pergi main sendiri, bisa ngelakuin hobi yang aku mau, mau ngapain aja terserah aku. Kalau soal pasangan, aku nggak mau cepat-cepat. Mumpung masih sendiri dan bebas mau ngapain aja, yaudah manfaatin dulu waktunya buat belajar apapun itu. Sebelum nanti berubah punya tanggung jawab baru buat ngurus suami, ngurus rumah, ngurus anak kalau udah ada ((hiyaaa kurang apa aku mas udah kepikiran ngurus ini itu padahal pasangan aja belum pasti 🤣)).

Apalagi belakangan ini di media tuh banter banget soal isu perselingkuhan dan cerai. Sempat ke-trigger jadi overthinking. Alhasil nggak bisa tidur nyenyak. Khawatir belum punya pasangan itu ada, tapi lebih khawatir kalau misal udah punya pasangan dan diterpa permasalahan selingkuh cerai. Nggak mau bayangin nanti bakal gimana, soalnya jadi bikin takut punya hubungan dan menikah. Akhirnya kemarin menenangkan diri dengan cara kasih sugesti ke diri sendiri: ‘masih ada cowok baik kok di dunia ini, jadi jangan takut’. Aku cuma nggak mau overthinking aja sih sebenernya, biarlah itu jadi urusan nanti.

Beberapa waktu lalu, aku mendapat pertanyaan cari pasangan yang kayak gimana. Mantap, aku jawab: yang bisa diajak diskusi. Kata temanku: cari dosen aja berarti. Nggak gitu konsepnya dong Maemunah!!! 🤣😭🤣😭

Pernikahan menurutku butuh dua orang yang saling mau belajar, jadi aku nggak mau kalau cuma aku doang yang belajar, aku mau pasanganku juga sama sama belajar dan bisa diajak diskusi, negoisasi, kompromi dalam menjalani kehidupan pernikahan. Duh ini idealis banget ya tapi aku selalu yakin sih the key of relationship is communication. Makanya butuh orang yang sama-sama mau belajar dan bertumbuh menjadi manusia lebih baik lagi. Bukankah dengan pernikahan itu sejatinya menyempurnakan separuh agama? Bukankah setelah disempurnakan lalu tujuannya pada kebaikan dan hal-hal baik? ((correct me if I'm wrong)). Begitulah...

Mungkin Mei kali ini menjadi pengingat untuk tidak melupa pada rencana. Iya, rencana untuk menikah. Padahal dulu ingin tidak menikah, tapi makin kesini makin mendapatkan jawaban mengapa aku harus menikah. Meski diingatkan, tidak lantas menjadi terburu-buru. Kembali lagi pada sebuah kutipan: semua orang punya garis edarnya masing-masing. Tinggalkan semua keresahan itu, Mei kali ini membawa suasana baru untuk mencintai hidup, mungkin karena cuaca sedang cerah-cerahnya, jadi bisa memandang langit sepuas-puasnya. Aku ingat sebuah kutipan dari buku favoritku: “Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar.” Walau hari berat, setidaknya punya langit biru. Jatuh cinta sama langit biru. Yup, fall in love it doesn't have to be with someone, sometimes it just fall in love with life.

~

Yogyakarta, 31 Mei 2023

Share:

0 komentar:

Posting Komentar