Selasa, 28 Februari 2023

Jurnal Februari: Ego

"orang lain ada untuk direpotkan lho."

Jurnal Februari: Ego

Mengawali bulan Februari dengan menyenangkan diri sendiri. Mengambil waktu untuk merasakan pengalaman baru. Iya, aku mengawali bulan Februari dengan mencoba lari pagi. Kegiatan yang selama ini ingin aku lakukan tapi selalu kutunda-tunda dengan alasan aku terlalu sibuk. Hmmm, nyatanya tubuh perlu bergerak. Tubuh perlu hormon endorfin, dikutip dari halodoc.com: "selama berolahraga, tubuh kita akan melepaskan bahan kimia atau hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood, dan membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Singkat kata, hormon ini dapat mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif." Aku menyempatkan diri untuk berolahraga sejenak, mengajak adik sepupuku sambil aku bercerita banyak hal dengannya. Suatu hal yang sudah sangat jarang aku lakukan karena aku pun sudah sibuk dengan duniaku sendiri. Padahal jika dirunut kembali, aku yang dulu cukup sering mengobrol dengan adik sepupuku. Ah, betapa kangennya dengan masa-masa itu! ☹️

Februari diawali dengan bahagia. Yap, satu bulan pertama di tahun 2023 sudah dilalui dan aku merasa lebih enteng karena aku punya partner di pekerjaanku. Aku kangen punya partner huhu. Kalau Januari diliputi dengan insecure, maka Februari aku kembali menemukan diri. Aku tidak lagi insecure karena aku sudah sepenuhnya pede dengan diriku sendiri, tidak lagi menyalahkan diri sendiri dan memilih untuk evaluasi diriku sendiri. Aku memperbaiki kekurangan dalam diriku sendiri, menemukan kembali hal-hal yang membuatku merasa senang menjalani hidup, dan mengalihkan kekhawatiranku. Memang nggak sepenuhnya teralih, tapi setidaknya insecure dan kekhawatiran itu tidak membuatku ragu untuk melangkah. Iya, memang tema bulan Januari adalah YAKIN. 😁

Minggu pertama di bulan Februari, aku mengawalinya dengan menghadiri pernikahan adik tingkatku. Aku ikut bahagia ketika tau dia akan menikah, padahal dua tahun lalu dia baru saja mengeluhkan pekerjaan pertamanya. Lebih spesial lagi, cuma aku yang dia undang di angkatanku. Benar-benar rasanya kayak tamu spesial hahaha. Padahal ya biasa aja sih, aku diundang, datang ke pernikahannya, dan ikut mendoakan. Kali ini aku udah nggak lagi takut datang ke pernikahan, aku meyakinkan diri untuk datang sendiri karena aku ingin ikut menyaksikan momen bahagianya. Sebuah pencapaian kecil buatku! 😊

Di minggu kedua, aku sempat merasakan me time. Walaupun sebenarnya aku terpaksa me time karena motorku sedang diservis di bengkel. Akhirnya aku berangkat ke kantor naik TransJogja yang mana artinya ini pengalaman pertama aku naik TransJogja sampai kantor. Perjalanan ke kantor memakan waktu selama dua jam karena aku salah memilih rute dan tidak melihat jam datang bus. Kalau aku tidak salah pilih rute dan tau jam datang bus, aku tidak akan memakan waktu dua jam untuk sampai kantor. Perjalanan pergi dan pulang kantor jadi cara untuk jalan-jalan buatku dan karena weekend, aku memutuskan untuk mampir ke mall sebentar. Sekadar untuk jalan sendiri dan makan malam. Capek di jalan, tapi senang karena aku tidak perlu membawa motor, cukup duduk di dalam bus saja.

Minggu ketiga bulan Februari, aku merasakan titik kebalikan dari dua minggu awal Februari. Di minggu ketiga ini aku sudah mulai sibuk dengan pekerjaan (dan targetnya tentu saja). Aku punya pekerjaan utama yang bertambah targetnya, aku juga punya pekerjaan sampingan yang sedang menunggu untuk dikerjakan. Deadline sedang mengejarku di sana-sini. Beruntung sih waktu itu sempat ada hari libur, meski di hari libur aku tetap lembur. Di minggu ketiga ini, aku juga menghadiri pernikahan salah satu teman kantorku yang sudah resign. Lebih nggak nyangka lagi, undangannya baru dikirim di h-4 pernikahan.. masyaAllah bangettt tiba-tiba kondangan. Kali ini, udah nggak takut menerima undangan, aku udah biasa aja. Alhamdulillah, suatu pencapaian lagi buat aku, meskipun sebenarnya aku capek bertemu banyak orang dan harus saling sapa. Jiwa introvert-ku meronta!!! 😭

Minggu keempat dan deadline yang makin hari makin jadi. Pekerjaan utamaku bertambah target, pekerjaan sampinganku menunggu untuk diselesaikan. Aku makin nggak tenang karena seabrek pekerjaan ada di depanku dan aku gagap untuk menyelesaikannya satu-satu. Akhirnya aku mengorbankan waktuku, tidurku berkurang dan ya kali ini aku merasakan manajemen waktuku sangat buruk! ☹️ Kemarin-kemarin ngapain aja sih kok bisa seabrek kerjaan sekarang minta diselesaikan semua? *menoyor kepala sendiri*

Di akhir Februari, aku sempat pergi ke Solo sendiri & datang ke workshop pembuatan lilin aromatherapy. Definisi menyenangkan diri sendiri ditengah kesibukan hehe. Kalau nggak gitu, aku sudah pasti gila sih soalnya aku merasa nggak ada space untuk diriku sendiri. Semua pekerjaan menuntutku untuk mengerjakan dan segera selesai. Aku menyempatkan untuk datang karena aku penasaran dengan cara pembuatan lilin yang sering aku gunakan untuk teman menulis. Iya, lilinnya kecil, tapi manfaatnya luar biasa sih. Aku bisa melepas penatku saat menulis & menghirup aroma lilin itu!

Sejak tahun lalu, aku iseng membeli lilin aromatherapy. Awalnya aku cuma pengen foto lilin aja, nggak taunya jadi sarana stress release. Aku jadi lebih lega setelah menulis dan menghirup aroma lilin. Setelah itu, aku jadi kembali bersemangat melakukan segala sesuatu. Mungkin karena beban di pikiran dan perasaanku sudah aku tulis, ditambah aku menghirup aroma lilin yang menenangkan. Entahlah, menurutku cara orang melepaskan stresnya berbeda-beda dan ini caraku untuk menenangkan diri. Februari ini rasanya ego semakin tinggi. Merasa apa-apa bisa sendiri padahal ya sebetulnya nggak juga, aku butuh orang lain untuk membantu, tapi karena selama ini aku mengerjakan segala sesuatu sendiri, egoku jadi naik dan tidak mau menerima bantuan dari orang lain. Ketika aku mendapatkan bantuan dari orang lain, aku jadi merasa aku tidak bisa apa-apa. Aku sadar hal itu terjadi padaku di akhir bulan Februari kemarin dan itu menurutku sangat berbahaya. Pelan-pelan aku menyadarkan diri bahwa aku juga butuh ditolong. Aku ingat dulu temanku pernah berkata padaku: “orang lain ada untuk direpotkan lho.” Aku juga ingat temanku berpesan: “kalau mau minta tolong itu pola pikirnya diubah, jangan takut ngerepotin, tapi mau kasih ladang ibadah untuk orang lain.”

Aku seketika teringat hal itu ketika sedang mengobrol dengan temanku. Mungkin kita sama-sama merasakan “ego” yang tinggi karena apa-apa bisa sendiri, padahal ketika butuh bantuan, kita hanya perlu mengkomunikasikannya dengan orang lain dan orang lain juga pasti mau membantu kok, tapi kalau kita sendiri tidak mengkomunikasikannya, bagaimana orang lain akan paham? Satu pelajaran penting untuk menutup Februari. Entahlah, aku sendiri pun sampai sekarang masih tidak mengerti mengapa ego begitu mempengaruhi manusia dalam bertindak. Mungkin karena ketika dia meminta pertolongan dan tidak ada yang membantu menjadikannya manusia yang mengusahakannya sendiri, jadi sewaktu dia sudah bisa mengusahakannya sendiri, dia tidak lagi membutuhkan orang lain. Satu sisi itu bagus, dia jadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan sisi lainnya, itu buruk karena dia tidak mudah percaya dengan orang lain. Menurutku, sudah seharusnya kita belajar untuk memilah dan memilih mana hal-hal yang bisa kita selesaikan sendiri dan mana hal-hal yang membutuhkan orang lain untuk menyelesaikannya. Tapi, menurutku itu juga tidak mudah, mengingat bahwa orang yang selama ini mengerjakan apa-apa sendiri cenderung tertutup dan tidak mau dibantu orang lain. Barangkali kuncinya adalah membiasakan diri untuk dibantu. Tidak mudah, tapi perlu dicoba.

~

Yogyakarta, 28 Februari 2023

Share:

1 komentar: