Jumat, 30 September 2022

Jurnal September

Aku lupa bahwa ada proses yang memang sedang aku jalani saat ini, tidak perlu banyak bertanya, cukup dijalani saja.

jurnal september
Kalau bulan September punya soundtrack, maka lagu yang tepat untuk menggambarkannya adalah September Ceria atau Wake Me Up When September Ends. Sedangkan bulan September-ku kali ini akan sangat related dengan lagu Wake Me Up When September Ends, bagiku itulah soundtrack yang tepat untuk bulan ini. Iya, aku ingin menuliskan mengenai lika-liku hidup selama bulan September sebagai catatan penutup di akhir bulan.

Berat? Bukan lagi berat, tapi berattt bangettt! WKWKWK. Karena seperti sudah menjadi perkiraanku di bulan Juli lalu, dengan bertambahnya tanggungjawab baru di pekerjaanku, aku juga harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru.

Awal bulan Juli lalu ketika aku menerima tanggungjawab baru, kondisi kesehatanku langsung menurun drastis! Aku tiba-tiba sakit, meskipun aku tetap bekerja sih. Sekarang kalau mengingat momen itu aku jadi ingin ketawa, aku sudah memperkirakan kalau bakal berat, kenapa malah jadi sakit? WKWKWK. Ada ketidaksiapan mental disana, ketidaksiapan yang diakibatkan oleh kekhawatiran dan ketakutan menghadapi tantangan baru. Terlebih seniorku di pekerjaan ini tipikal workaholic, disiplin, profesional, dan tegas. Sedangkan aku yang akan dididik oleh beliau hanya bisa berkomunikasi melalui WhatsApp, waktu itu aku takut akan ada miskomunikasi antara aku dengan seniorku. Nyatanya memang benar adanya, miskomunikasi itu tetap ada, cukup sering aku terkena semprot beliau, tapi hasil didikannya tidak bisa diragukan. Aku jadi tertantang untuk mengikuti ritme kerjanya, disisi lain aku juga bisa sekaligus meningkatkan kemampuanku. Jujur sih waktu itu aku cukup kewalahan harus bagaimana, karena aku masih harus belajar dengan tanggungjawab baru, belajar mengatur ritme kerja, belajar mengatur kerjasama dengan orang baru, belajar banyak hal lainnya. Sampai harus belajar me-manajemen stres!

Bulan Juli selesai, berlanjut ke bulan Agustus. Waktu itu cukup menguras energi karena cukup banyak permasalahan, aku banyak bekerja overtime juga. Sempat di pertengahan bulan, aku overtime selama seminggu, memang tidak hanya mengerjakan pekerjaan utamaku, ada pekerjaan sampingan juga. Tapi waktuku benar-benar habis untuk pekerjaan utama dan hasilnya.. pingsan di kantor! 😭😭😭 Mau sedih tapi aku juga pengen ketawa sih kalau mengingatnya, yang overtime diri sendiri giliran kepancing permasalahan kecil langsung drop. WKWKWK kenapa sihhh??? 🤣 

Stres dan drop membuatku belajar banyak untuk mengatur diri agar tidak mudah sakit. Jujur ini bagian yang paling berat buatku, karena disaat bersamaan aku harus menjalani pekerjaanku, tetapi aku juga harus menemukan cara melepas stres-ku. Waktu itu aku bertanya-tanya bagaimana caranya? Sampai akhirnya aku kepentok dan aku berkesimpulan bahwa: secukupnya. Mendapatkan tanggungjawab baru seperti dititipkan amanah baru, yang artinya mau tidak mau harus berkecimpung didalamnya. Sampai ternyata aku menemui kendala diluar itu, aku jadi belajar untuk secukupnya saja. Tidak perlu dibuat pusing dan tidak perlu ngoyo (bekerja keras), dijalani sebagaimana biasanya. Itu saja cukup.

Ternyata, kesimpulanku tidak hanya sampai disitu. Selamat datang di bulan September dengan segala permasalahannya. Di awal bulan September, pekerjaanku berjalan baik-baik saja, aku bisa memenuhi target, meskipun hasilnya belum bisa dikatakan bagus juga, tapi setidaknya apa yang aku usahakan di bulan Agustus tidak sia-sia. Memasuki pertengahan bulan September, ketika target pekerjaan berubah dan aku harus menyesuaikan diri kembali.. muncul permasalahan baru yang sempat membuat uring-uringan. Selama beberapa waktu aku mudah sekali badmood dan rasanya ingin marah-marah. Belum lagi ditambah dengan permasalahan diluar pekerjaan, semuanya tampak buram dan aku tidak tau harus memikirkan yang mana terlebih dahulu!

Aku berulangkali menulis di buku harianku, berdiam diri, dan banyak merenung. Ternyata itu semua tidak mempan! Menulis tidak serta-merta melegakan isi hati dan otakku menjadi lapang. Berdiam diri apalagi.. aku jadi banyak bertanya-tanya dengan diri sendiri, padahal untuk apa juga aku mempertanyakan segalanya? bukankah tidak semua ada jawabannya sekarang?. Merenung pun ternyata tidak cukup mengurai benang kusut di kepala, merenung membuatku justru berputar-putar dalam segumpal benang tiada ujung. Jadi, aku ingin apa? Ingin kemana? Apa sih yang sebenarnya benar-benar aku inginkan? Rasanya kayak.. dahlah aku nggak paham dengan diriku sendiri.

Membaca buku self-improvement atau self-development juga tidak banyak membantuku. Hasilnya sama saja!

Kepalaku terus bertanya: bagaimana caranya?

Sampai di titik aku ingin menyerah dan berkonsultasi dengan profesional. Tunggu dulu.. aku menahan diri dan terus berbicara dengan diriku sendiri, ternyata aku masih sanggup dan kuat untuk menahannya. Aku berusaha menahan diri untuk diam, padahal aku introvert yang cukup banyak bicara kalau bertemu sama orang-orang yang nyaman kuajak bicara. Apalagi di kantor, aku biasanya sering bercerita dengan teman-teman kantorku, sayangnya karena banyak sekali benang kusut di kepala, aku jadi memilih untuk: ‘tunggu sebentar, aku butuh berdiam diri!’.

Sampai di akhir September, aku bertemu dengan teman-teman dan seniorku sewaktu kuliah. Aku bercerita mengenai benang kusut di kepalaku, memang nggak cerita secara terbuka sih, aku cuma cerita bagian inti yang bisa mewakili benang kusut tersebut. Ada satu kalimat yang membuatku terdiam sejenak ketika seniorku melontarkan sebuah kalimat, “Innallaha ma'ashobirin”. Seketika rasanya langsung tertampar, benang kusut yang tadinya bersarang di kepala seolah mulai membuka celah. Sabar.

Banyaknya pertanyaan yang ada di kepalaku justru menjadi bumerang untukku sendiri sering mempertanyakan segala sesuatunya. Aku terus menerus bertanya kenapa dan bagaimana, berusaha mencari jawabannya tapi tidak kunjung aku temui. Padahal sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu akan ditemukan ketika sudah waktunya. Intinya adalah sabar. Sejenak aku melupa bahwa aku pernah menuliskan kalimat ini di tulisan sebelumnya, “semakin hari semakin membuat kepalaku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku ingin segera menemukan jawabannya. Padahal aku juga mengerti bahwa setiap pertanyaan itu ada jawabannya. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan hanya waktu. Ya, ini hanya masalah waktu.”

Kenyataannya? Aku melupa pada tulisanku sendiri..

Aku juga pernah menuliskan kalimat ini di tulisan sebelumnya, “aku semakin ingin belajar banyak dari rasa takut dan kekhawatiran itu. Aku hanya tidak ingin rasa takut dan kekhawatiranku itu membuatku menjadi manusia yang tidak bertumbuh lebih baik dari sebelumnya.”

Dan masih saja.. aku melupa pada tulisanku sendiri karena aku sedang diburu oleh banyak hal. Semua hal seolah menjadi prioritas yang harus aku kerjakan dan selesaikan saat ini juga. Padahal tidak harus, ada hal-hal yang harus diprioritaskan dan ada hal-hal yang bisa dikerjakan sambil berjalan. Aku hanya perlu memilah dan memilih untuk memprioritaskan yang mana. Namun, lagi dan lagi aku seperti gagal untuk memahami keadaan. Semua terasa sesak dan penuh di kepala, seperti yang aku bilang tadi: benang kusut tiada ujung..

Dari seniorku aku mendapatkan banyak insight baru. Itu yang benar-benar aku harapkan: mendapatkan nasihat. Bagaimanapun juga aku sedang menapaki usia krisis yang belum usai ini, jadi aku ingin terus belajar. Banyak hal yang masih harus aku pelajari, termasuk memanajemen pekerjaan, merapikan kembali ritme kerja, berdamai dengan diri sendiri agar tidak mudah kesal dan marah, dan yang paling penting adalah stress release. Menemukan cara melepas stres yang tepat!

Pada akhirnya, di akhir bulan September ini, aku menemukan jawaban dari pertanyaanku: sabar dan dijalani. Mungkin selama ini aku terlalu menggebu-gebu untuk mencapai segala rencana dan ekspektasi yang aku susun. Aku lupa bahwa ada proses yang memang sedang aku jalani saat ini, tidak perlu banyak bertanya, cukup dijalani saja. InsyaAllah nanti akan bertemu dengan jawabannya. InsyaAllah
~
Yogyakarta, 30 September 2022
Share:

0 komentar:

Posting Komentar