Jumat, 15 April 2022

semoga kau masih mencintaiku.

“Semoga kau masih mencintaiku …. 
Inilah doaku setiap malam …. 
Sampai akhirnya anganku datang 
dan menamparku dengan keras 
sambil berkata ….  

Sejak kapan dia mencintaimu ....” 

#poempm

Terkadang lebih mudah menuliskan sesuatu daripada menghadapinya. Enam bulan yang lalu pernah membaca kutipan puisi di atas.. rasanya seperti sedang membaca kisah sendiri.

Sebab seringkali jauh lebih mudah untuk menyematkan harapan baik daripada mengungkapkannya. Jatuh cinta diam-diam, katanya. Rumit, bukan?

Membangun harapan baik untuk menenangkan diri bahwa orang yang dicintai juga berbalik mencintai. Nyatanya, itu jauh lebih sulit karena perasaan seseorang tidak mudah untuk ditebak.

Kamu mungkin berdoa dan berharap: semoga. Namun, jalan hidup mempunyai kenyataannya sendiri. Kenyataan bahwa seseorang yang kamu harapkan tidak selalu bisa memenuhi harapanmu. Iya, kan?

Kamu juga mengerti bahwa menyematkan harapan dan menjatuhkan hati itu sepaket dengan rasa sakit jika ternyata harapan itu tidak terwujud. Risiko awal yang semestinya sudah kamu pahami dari berbagai peristiwa sebelumnya, namun.. memang perasaan juga sulit ditebak. Kepada siapa harapan itu tersemat? Kepada siapa hati itu jatuh? 

Tidak ada yang tau.. 

Bahkan, hatimu sendiri juga tidak tau.. kepada siapa..

Perasaan tidak bisa dilogika, logika tidak bisa dibawa perasaan. Semua punya porsinya masing-masing. Semua punya jalannya sendiri. Namun, bagaimana jika berdoa dan berharap dengan perasaan dan tetap logis ketika kenyataannya doa dan harapan itu tidak terwujud?

Jangan mengharapkan sesuatu dari jalan yang sudah buntu.

kamu perlu tau itu!

~

Yogyakarta, 15 April 2022

Suatu malam sedang tidak baik-baik saja.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar