Selasa, 02 November 2021

Agustus sampai Oktober – Perjalanan Panjang

Cerita selama tiga puluh hari berganti menjadi sembilan puluh hari. Iya, ini karena bulan Agustus aku sedang merasa kacau. Ah, tapi mana mungkin hidup tidak kacau, bukan? Bakalan ada satu waktu yang benar-benar rasanya kacau sekali dan nggak tau harus gimana. Kalau udah gitu, ya jalan satu-satunya cuma berhenti. Berhenti sejenak.


Agustus sampai Oktober menjadi perjalanan panjang karena benar-benar banyak cerita tidak terduga di dalamnya. Bulan Agustus lalu masih berada di rumah karena work from home, sementara bulan September dan bulan Oktober ini sudah mulai work from office. Jadi, sudah dua bulan ya kembali ke kantor lagi. Itu artinya banyak rutinitas yang berubah juga. Kalau sewaktu WFH bisa menyempatkan baca buku di pagi hari, sewaktu WFO sudah tidak bisa lagi. Eh, bentar.. bukan tidak bisa, tapi cuma belum diatur waktunya, karena setelah WFO banyak penyesuaian yang terjadi. Dua bulan ini sudah berjalan menyesuaikan waktu untuk menyuci baju menjadi dua kali seminggu. Itu sangat membantuku sekali, karena aku mengingat kalau di hari Minggu aku senang menggunakan waktu untuk istirahat atau memenuhi janji dengan teman. Bulan depan, aku masih mau menggunakan pola ini dan menambah pola yang lainnya. Biar makin terbentuk kebiasaannya! 😊

Bulan Agustus lalu aku banyak mengurung diri di rumah. Selain tidak banyak yang memintaku untuk bertemu, aku juga malas keluar rumah karena aku ingin menyendiri. Benar-benar aku banyak bertanya ke diriku sendiri karena waktu sudah berjalan delapan bulan dan tersisa empat bulan, sedangkan aku sudah ngapain saja. Waktu itu benar-benar membuatku stres, namun sekarang sudah kutemukan jawabnya bahwa sudah banyak yang berubah dari aku. Walaupun nggak begitu terlihat, tapi aku merasa diriku mengalami peningkatan kok. Alhamdulillah! 😍

Bulan September, pada awalnya mengalami kegalauan. Ya, aku tidak pernah melupakannya begitu saja karena itu suatu pilihan yang cukup berat bagiku. Ohya, aku di bulan September juga dipertemukan dengan rekan kerja baru. Rekan lamaku mengajukan resign dan aku berganti rekan kerja. Yah, ada senang bertemu dengan yang baru, tapi juga ada sedih berpisah dengan yang lama. Tapi.. pada akhirnya setiap pertemuan juga ada perpisahan, kan? Nggak apa-apa, masa-masa itu sudah terlewati kok.

Lalu, bulan Oktober, yang baru saja diakhiri dengan kurang baik karena Oktober sejak awal bulan sampai akhir bulan banyak menguras energi. Awal bulan lalu membuatku benar-benar sedih dan terpukul, sampai membuat kondisi kesehatanku menurun. Nggak terduga banget efeknya bakal ke kesehatan, ya tapi aku mengakui kalau aku stres berat, aku benar-benar butuh tempat untuk bercerita. Tapi lagi lagi aku masih saja menyimpannya sendiri, jadi ya.. waktu itu aku menunda untuk cerita ke temanku. Alhasil selama dua minggu permasalahan itu mengendap. Rasanya nggak enak banget karena kepikiran tapi aku berusaha untuk tetap baik-baik saja. Paling benar kalau kita butuh seseorang buat cerita, kita segera cerita. Sehebat apapun kita menampung masalah kita sendiri, kita tetap butuh orang untuk cerita. Untuk mendengarkan. Untuk memahami. Untuk berempati. Untuk menguatkan. Utamanya, untuk meringankan beban perasaan.

Akhir bulan Oktober pun juga sama, energiku terkuras karena suatu persoalan janjian. Aku nggak menyangka kalau efeknya juga bakal sebesar itu karena aku jadi menghabiskan weekend-ku dengan perasaan kacau. Aku coba menuliskan permasalahan itu di sosial media, aku juga mencoba memberikan aturan janjian di bio whatsapp-ku. Biar kejadiannya nggak terulang lagi, karena aku nggak mau udah janjian kok malah dibatalkan karena udah pada pulang. Rasanya gondok, nyesek, sedih, kecewa, dll. Diajak janjian dadakan, aku bilang bisa tapi nyusul, giliran mau nyusul, udah dipamitin pulang. Hufttt. Sebal sekali!!!

Aku mengalihkan perasaanku dengan menonton film, membaca buku, dan mengerjakan hal lainnya agar perasaanku membaik. Aku tidak ingin akhir pekanku rusak gara-gara suatu persoalan. Paginya aku sudah merasa membaik.. tapi malamnya nggak baik karena aku melihat story tentang “memahami”. Mohon maaf, dimana aku minta untuk dipahami? Apa karena aku menulis “setidaknya ketemu dan ngobrol 15 atau 30 menit gitu?” di story IG. Nggak aku nggak minta dipahami kok, itu Cuma harapkanku aja buat ngobrol, kalau kenyataannya nggak kayak gitu.. yasudah, aku juga tidak masalah. Pentingnya aku sudah menetapkan peraturan “JANJIAN MIN. H-1, MAKS. H-3 JAM. SELAIN ITU = ❌  KECUALI URGENT”. Kenapa aku berharap buat ketemu dan ngobrol sebentar? Ya karena aku diajak janjian. Aku menghargai orang yang mengajakku janjian dengan aku mencoba datang, tapi bukan dengan cara dibatalkan pas kondisi aku lagi di jalan. Rasanya kayak.. gila ya kayak nggak berharga banget waktuku?! Dahlah, aku jadi mencak-mencak lagi. At the end, aku sudah pasang pengumuman seperti itu di WA. Jadi, kalau mau ketemu ya ayo, kalau nggak mau ketemu ya sudah.

Ah iya, aku menutup bulan Oktober dengan pulang! Ke rumahku semasa kecil. Sudah seratus dua puluh hari aku tidak mengunjunginya dan rasanya.. nggak tau mau didefinisikan bagaimana, yang pasti aku selalu ingin untuk menetap barang sejenak di tempat itu. Sayangnya keadaan belum memungkinkan. Mari bersabar menanti momentum yang tepat!

Pada akhirnya, Oktober menjadi ok-trouble, ya? Nggak terduga banget bakal membuka dan mengakhiri Oktober dengan berbagai macam persoalan. Tapi kemarin, setidaknya sudah menjadi obat dari segala lika-liku yang melelahkan selama satu bulan ini.

Bye, October..

Welcome, November. Be nov-problem, ya! 😉
Share:

0 komentar:

Posting Komentar