Jumat, 30 Juli 2021

Juli dan Introspeksi

“Jangan kalah karena lelah.” – Kurniawan Gunadi, 2019.

Hai! Berjumpa lagi di tanggal 30 bulan Juli. Tulisan rutin setiap bulan untuk merangkum cerita selama tiga puluh hari. Bulan kemarin berteman dengan sepi, bulan ini bertemu dengan introspeksi. Ya, karena bulan Juli adalah bulan kelahiran. Maka selayaknya merayakan hari lahir dengan banyak melihat ke dalam diri.

Bulan Juli dimulai dengan kebijakan baru untuk mengatasi pandemi. Iya, pandemi masih berlangsung dan beberapa orang di lingkupku terkena dampaknya. Aku mengawali bulan Juli ini dengan kebijakan baru dari kantor, apalagi kalau bukan bekerja dari rumah alias work from home. Alhamdulillah, aku bersyukur mendapatkan kesempatan bisa WFH–sesuatu yang aku nantikan dari dulu karena menghemat uang saku, tapi juga sekaligus sesuatu yang aku tidak suka ketika sudah menjalaninya. Yah, manusia memang banyak ingin ya. Menjalani ini pengen itu, menjalani itu pengen ini. Hmmm.

Segala sesuatu itu ada sisi positifnya dan sisi negatifnya. Begitu juga dengan WFH, sisi baiknya memang menghemat uang saku. Sisi negatifnya jadi tidak ada sekat antara rumah sebagai tempat bekerja dan istirahat. Ketika pekerjaan kantor kamu kerjakan di rumah, percayalah.. justru rasanya kerja yang benar-benar kerja itu terjadi di rumah karena kamu tidak terdistraksi oleh perjalanan ke kantor, obrolan rekan kerja, ngopi ketika ngantuk, main game ketika suntuk. BAH. Justru karena tidak ada distraksi itu jadi terpaku antara badan dengan kursi, mata dengan layar, tangan dengan mesin ketik. Huh, rasanya seperti bekerja tiada henti. Batas antara tempat bekerja dan beristirahat jadi tidak ada. Tempat bekerja ada di dalam kamar, tempat beristirahat ada di dalam kamar. Tidak ada batas.

Tapi untuk kondisi saat ini seperti terus menerus menasehati diri sendiri agar BERSYUKUR apapun keadaannya. Bersyukur sudah diberikan kesempatan bisa WFH, jadi membatasi bertemu orang luar dan meminimalisir adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Kita lebih bisa menjaga diri sendiri dengan tetap berada di rumah. Rasanya suntuk juga di rumah, sampai segala macam cara dilakukan agar tidak merasa suntuk. Membeli jajanan untuk teman bekerja, mengganti suasana meja kerja, mengusir rasa lelah dan bosan bekerja di rumah. Hal-hal seperti itu dilakukan agar bekerja di rumah tetap menyenangkan.

Bulan Juli kali ini spesial karena hari lahir bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Rasanya senang sekali. Iya, aku mengakui hal itu karena itu artinya adalah hari libur bekerja. Yeayyy! Aku punya waktu spesial untuk menikmati hari lahirku. Usia kali ini benar-benar menyadarkan aku tentang arti pendewasaan ketika aku menghabiskan waktu untuk berdiskusi dengan temanku mengenai “hidup”. Hidup dan segala dinamikanya membawa manusia yang jika dipikir-pikir justru diajak untuk terus belajar tiada henti. Iya, menanamkan mindset bahwa hidup adalah proses belajar tiada henti sampai batas waktu-Nya. Mindset yang membawa manusianya selalu melakukan perbaikan-perbaikan dari setiap kesalahan yang dilakukan, yang membawa manusianya untuk menghadapi tantangan dari setiap situasi dan kondisi, yang membawa manusianya untuk memaknai kehidupan. Jika dipikir-pikir tidak ada habisnya membahas hidup selama hidup, namun tidak ada habisnya juga membahas hidup setelah hidup. Satunya sedang kita jalani saat ini, satunya lagi hanya bisa kita bayangkan saat ini.

Satu hal yang aku ingat ketika momen bulan lahir terulang setiap tahunnya, adalah aku ingin menjadi seseorang yang selalu bertumbuh. Bertumbuh dalam hal apapun di hidupku. Kesannya memaksa namun itu yang aku butuhkan untuk tetap bertahan menjadi manusia yang waras dan menyadari bahwa hidup bukanlah suatu hal yang tidak bermakna. Iya, kadang perlu memaksa diri untuk terus menerus memaknai hidup karena hal itu juga mengingatkan diri sendiri saat lelah melanda. Sama seperti keadaanku yang sedang down di beberapa waktu belakangan ini.

Pertanyaan-pertanyaan tentang hidup setiap tahunnya selalu bertambah. Kalau berkurang malah justru bahaya dong karena itu artinya kita tidak bertumbuh, ucapku pada diriku sendiri. Aku menikmati setiap pertanyaan-pertanyaan itu, meski kadang aku juga senewen memikirkan jawabannya. Aku selalu bilang juga ke diriku sendiri kalau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam hidupku itu tidak selalu saat ini, bisa saja besok, lalu besoknya lagi dan lagi. Sibuk memikirkan jawaban justru membuat kepala menjadi pening, lebih baik menikmati keadaan agar lebih bisa menikmati hidup.

Bagiku momentum mengulang tanggal lahir sebagai bahan untuk introspeksi. Aku sebagai manusia biasa yang ingin selalu belajar dan belajar untuk menjadi diriku yang lebih baik dari sebelumnya. Aku sebagai manusia biasa yang ingin memahami hidupku sendiri. Aku sebagai manusia biasa yang ingin memahami diriku sendiri. Maka, introspeksi menjadi jalanku untuk mengenali apakah sejauh ingin aku sudah menjadi manusia seperti yang ku inginkan itu atau belum. Aku kemudian kembali mempertanyakannya kepada diriku sendiri. Aku akan selalu ingat dengan nasihat salah satu penulis favoritku ketika ia menyematkan nasihat itu di buku yang ditanda tanganinya, begini kata-katanya:

“Jangan kalah karena lelah.” – Kurniawan Gunadi, 2019.

Pada akhirnya bulan Juli ini membawaku pada tahap hidup yang lebih dari sebelumnya. Pertanyaanku semakin bertambah dan rasa ingin tauku semakin meruah. Terakhir, selamat bertambah usia, aku. Semoga di usia saat ini kamu menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga di usia kali ini kamu menjadi seseorang yang mau untuk terus belajar. Semoga sisa usianya bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Dan, semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.

Selamat bertumbuh, Wardhina Ayu Wakhidatun! 🌱✨

Share:

0 komentar:

Posting Komentar