Kehilangan di bulan Mei menjadi pelajaran bagiku untuk lebih berhati-hati lagi dan lebih menghargai apa yang sedang kumiliki saat ini.
Hai, kembali lagi dengan
postingan rutin setiap bulan. Postingan yang dibikin secara random karena tidak
terencana kalau bakalan nulis sebulan sekali doang. Mungkin semacam lebih
ngangenin kalau ditulis sebulan sekali daripada ditulis setiap minggunya. Oh
ya, aku justru ada ide untuk menulis sebulan sekali untuk tulisan random dan
setiap minggu untuk review buku. Etapi.. bentar bentarrr.. mari rencanakan
terlebih dahulu karena aku takut kalau akan menjadi sebatas wacana saja.
Mei-ku kali ini berjudul
kehilangan. Kehilangan banyak hal yang tidak terduga sebelumnya. Yah,
kehilangan yang membuatku menjadi manusia yang tidak jelas selama beberapa
waktu. Aku menjadi diriku yang lain, lagi. Kalau bulan kemarin aku menjadi
diriku yang lain karena tidak menulis apa-apa yang terjadi dalam hidupku, kali
ini aku menjadi diriku yang lain karena aku takut sekali ditinggalkan. Oleh
apapun yang ada di sekitarku. Apapun.
Aku saat ini menjadi seseorang
yang lebih emosional dibanding sebelumnya. Emosional dalam arti aku menjadi
seseorang yang mudah menangis. Sedikit-sedikit menangis. Begini sedikit
menangis, begitu sedikit menangis. Yah, aku tidak mengerti diriku saat ini. Aku
yang dikenal sebagai seseorang yang tegas dengan mudahnya menjadi seseorang
yang rapuh. Aku yang biasanya menyembunyikan tangisan dalam diamku menjadi
seseorang yang mudah menunjukkan tangisan dalam keseharianku. Aku tidak
mengerti mengapa ini terjadi. Entahlah.
Bulan Mei masuk menjadi bulan
suci Ramadhan. Bulan penuh berkah. Bulan penuh rahmat. Mei dan Ramadhan,
membawaku pada beberapa tahun sebelumnya, waktu itu kali pertama aku bekerja
selepas lulus masa putih abu. Namun kali ini aku kali pertama aku bekerja selepas
lulus masa sarjana. Mei beberapa tahun yang lalu sepertinya aku mengalami
kejadian yang sama seperti Mei bulan ini. Seingatku aku begitu sih. Kejadian
waktu itu terulang lagi di tahun ini. Kejadian yang tidak aku sangka padahal
sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak mengalaminya. Aku tidak tahu sedang ada
apa dengan diriku sampai aku mengalaminya diriku.
Mei. Banyak kejadian tidak
terduga. Termasuk kehilangan. Kehilangan diriku, kehilangan rekan kerja,
kehilangan hapeku, dan yang lainnya. Banyak kehilangan yang terjadi dan
membuatku bertanya-tanya mengapa aku mengalaminya. Yah, terkadang memang
seperti inilah jalannya hidup. Tidak terduga. Tidak ada yang tau. Kadang kalau
dihadapkan seperti itu rasanya Cuma ingin menangis dan marah mengapa harus aku.
Namun, disisi lain ada hal-hal yang sepatutnya disyukuri dari sana. Diambil
hikmahnya lalu kembali berjalan.
Kehilangan diriku karena tidak
menulis. Ini membuatku mengerti bahwa yang harus aku lakukan adalah menulis.
Meski sampai saat ini hanya wacana karena sudah kalah dengan lelah yang
diam-diam bersarang dalam tubuh. Kehilangan rekan kerja yang aku sendiri tidak
pernah menduga mengapa secepat ini. Terlebih lagi ketika alasannya aku ketahui
setelahnya. Alasan yang membuatku terbengong-bengong karena aku mengetahui
dengan situasi dan kondisi seperti itu. Ah, kalau mengingat hal itu rasanya aku
mending nggak denger aja. Dan beberapa kejadian lainnya yang membuatku rasanya
nggak pengen denger, nggak pengen tau, nggak pengen sakit hati. Udah pokoknya
aku kerja cukup kerja aja gitu. Tapi.. ya seperti inilah dunia kerja.
Kehilangan rekan kerja yang nggak
Cuma satu aja, tapi kehilangan sekaligus dua. Sekaligus. Hanya berjarak dalam
hitungan hari. Belum sembuh luka sebelumnya, udah ada luka yang baru. Sedih?
Tentu saja. Menangis? Iyaaa.. nangis kejerrr. Aku selalu bertanya-tanya kenapa
diriku kehilangan seorang rekan kerja saja membuatku mudah meneteskan air mata.
Ini bukan pertama kalinya, ini udah beberapa kalinya dan rasanya masih sama..
kehilangan. Dulu, kehilangan rekan kerja yang mengajariku tentang pekerjaanku
sekarang. Sekarang, kehilangan partner kerjaku sendiri dan rekan kerja yang
bagian kerjaannya juga sama kukerjakan. Kehilangan dan kemudian menemukan
partner lain. Sedihnya double :”(
Pada akhirnya, begitulah
jalannya.. rekan kerja tidak akan selamanya bersama kita. Kita pun akhirnya
juga tidak bisa membersamai rekan kerja kita kelak karena pekerjaan itu relasi
secara bisnis. Bisa terputus kapan saja tergantung bagaimana perusahaan
tersebut. Yah, itulah yang bisa aku ambil dari perjalananku kehilangan rekan
kerja.
Kehilangan hape. Tepat dua hari
sebelum lebaran, hapeku jatuh di jalan. Waktu itu aku sedang perjaalanan pulang
selepas pergi bersama temanku. Hape dalam kondisi mati dan aku taruh di saku
jaket. Padahal aku juga bawa tas kecil, tapi sayangnya karena buru-buru jadi
aku Cuma menaruhnya di saku jaket. Sebuah kebodohan yang aku lakukan sendiri.
Waktu itu aku di jalan besar dengan kondisi lampu hijau sudah menyala, aku yang
hanya berhenti sebentar lalu buru-buru jalan. Sempat merasa ada yang menjatuhi
kakiku, tapi aku nggak ngeh kalau itu ternyata hapeku. Sewaktu aku sampai di
rumah temanku, aku mencari hapeku dan ternyata sudah tidak ada. Aku kembali ke
jalan yang sempat aku lewati dan mencari-cari di sana. Ternyata sudah tidak
ada. Aku panik dan hanya bisa menangis sepanjang jalan. Aku pulang ke tempat
mbakku dan meminta tolong mbakku untuk menelepon dan ternyata hapenya sudah
tidak aktif. Aku aktifkan aplikasi Find My Phone juga tidak bisa mendeteksi
keberadaan hapeku. Aku malam itu pasrah. Sepertinya memang bukan rezekiku,
pikirku.
Paginya aku buru-buru ke GraPARI
untuk mengurus nomor teleponku dan beruntungnya nomor teleponku bisa
diselamatkan. Kontakku aman dan dataku juga aman. Alhamdulillah. Aku syukuri
hal itu sebanyak-banyaknya. Setidaknya sudah aman. Hapeku tidak ditemukan lagi
ya sudah tidak apa-apa yang penting dataku aman. Nomorku kembali. Itu saja
sudah cukup. Cukup.
Kehilangan hape mungkin tidak
seberapa, tapi kehilangan data-data jauh lebih serius. Pikirku setelah
kehilangan hapeku. Aku menyesal sendiri karena tidak menyimpan hapeku dengan
baik tapi aku kemudian mensyukuri hal tersebut karena dari sana aku belajar
untuk menyimpan segala sesuatu dengan baik, aku belajar untuk menjaga sesuatu
dengan lebih baik lagi, dan merelakan apa yang bukan milikku. Iya, hapeku.
Bukan milikku lagi karena aku telah kehilangannya. Kalau kata pakdeku, “yowis
sing tenang, tandane hapemu dudu rezekimu. muga-muga oleh ganti sek liyane”.
Begitulah nasihatnya sewaktu lebaran aku berkunjung ke rumahnya. Ohiya
translate: “yaudah yang tenang, tandanya hape kamu bukan rezekimu. semoga dapat
ganti yang lainnya.” Kalimat singkat yang menenangkan! J
Selalu ada pelajaran berharga dibalik kehilangan segala sesuatu dalam hidup kita. Kehilangan sekecil apapun itu namun ia selalu menjadi pertanda bahwa apapun yang menjadi milik kita, maka akan kembali lagi kepada kita. Kehilangan di bulan Mei
menjadi pelajaran bagiku untuk lebih berhati-hati lagi dan lebih menghargai apa
yang sedang kumiliki saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar