Minggu, 30 Mei 2021

Mei dan Kehilangan

Kehilangan di bulan Mei menjadi pelajaran bagiku untuk lebih berhati-hati lagi dan lebih menghargai apa yang sedang kumiliki saat ini.


Hai, kembali lagi dengan postingan rutin setiap bulan. Postingan yang dibikin secara random karena tidak terencana kalau bakalan nulis sebulan sekali doang. Mungkin semacam lebih ngangenin kalau ditulis sebulan sekali daripada ditulis setiap minggunya. Oh ya, aku justru ada ide untuk menulis sebulan sekali untuk tulisan random dan setiap minggu untuk review buku. Etapi.. bentar bentarrr.. mari rencanakan terlebih dahulu karena aku takut kalau akan menjadi sebatas wacana saja.

Mei-ku kali ini berjudul kehilangan. Kehilangan banyak hal yang tidak terduga sebelumnya. Yah, kehilangan yang membuatku menjadi manusia yang tidak jelas selama beberapa waktu. Aku menjadi diriku yang lain, lagi. Kalau bulan kemarin aku menjadi diriku yang lain karena tidak menulis apa-apa yang terjadi dalam hidupku, kali ini aku menjadi diriku yang lain karena aku takut sekali ditinggalkan. Oleh apapun yang ada di sekitarku. Apapun.

Aku saat ini menjadi seseorang yang lebih emosional dibanding sebelumnya. Emosional dalam arti aku menjadi seseorang yang mudah menangis. Sedikit-sedikit menangis. Begini sedikit menangis, begitu sedikit menangis. Yah, aku tidak mengerti diriku saat ini. Aku yang dikenal sebagai seseorang yang tegas dengan mudahnya menjadi seseorang yang rapuh. Aku yang biasanya menyembunyikan tangisan dalam diamku menjadi seseorang yang mudah menunjukkan tangisan dalam keseharianku. Aku tidak mengerti mengapa ini terjadi. Entahlah.

Bulan Mei masuk menjadi bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah. Bulan penuh rahmat. Mei dan Ramadhan, membawaku pada beberapa tahun sebelumnya, waktu itu kali pertama aku bekerja selepas lulus masa putih abu. Namun kali ini aku kali pertama aku bekerja selepas lulus masa sarjana. Mei beberapa tahun yang lalu sepertinya aku mengalami kejadian yang sama seperti Mei bulan ini. Seingatku aku begitu sih. Kejadian waktu itu terulang lagi di tahun ini. Kejadian yang tidak aku sangka padahal sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak mengalaminya. Aku tidak tahu sedang ada apa dengan diriku sampai aku mengalaminya diriku.

Mei. Banyak kejadian tidak terduga. Termasuk kehilangan. Kehilangan diriku, kehilangan rekan kerja, kehilangan hapeku, dan yang lainnya. Banyak kehilangan yang terjadi dan membuatku bertanya-tanya mengapa aku mengalaminya. Yah, terkadang memang seperti inilah jalannya hidup. Tidak terduga. Tidak ada yang tau. Kadang kalau dihadapkan seperti itu rasanya Cuma ingin menangis dan marah mengapa harus aku. Namun, disisi lain ada hal-hal yang sepatutnya disyukuri dari sana. Diambil hikmahnya lalu kembali berjalan.

Kehilangan diriku karena tidak menulis. Ini membuatku mengerti bahwa yang harus aku lakukan adalah menulis. Meski sampai saat ini hanya wacana karena sudah kalah dengan lelah yang diam-diam bersarang dalam tubuh. Kehilangan rekan kerja yang aku sendiri tidak pernah menduga mengapa secepat ini. Terlebih lagi ketika alasannya aku ketahui setelahnya. Alasan yang membuatku terbengong-bengong karena aku mengetahui dengan situasi dan kondisi seperti itu. Ah, kalau mengingat hal itu rasanya aku mending nggak denger aja. Dan beberapa kejadian lainnya yang membuatku rasanya nggak pengen denger, nggak pengen tau, nggak pengen sakit hati. Udah pokoknya aku kerja cukup kerja aja gitu. Tapi.. ya seperti inilah dunia kerja.

Kehilangan rekan kerja yang nggak Cuma satu aja, tapi kehilangan sekaligus dua. Sekaligus. Hanya berjarak dalam hitungan hari. Belum sembuh luka sebelumnya, udah ada luka yang baru. Sedih? Tentu saja. Menangis? Iyaaa.. nangis kejerrr. Aku selalu bertanya-tanya kenapa diriku kehilangan seorang rekan kerja saja membuatku mudah meneteskan air mata. Ini bukan pertama kalinya, ini udah beberapa kalinya dan rasanya masih sama.. kehilangan. Dulu, kehilangan rekan kerja yang mengajariku tentang pekerjaanku sekarang. Sekarang, kehilangan partner kerjaku sendiri dan rekan kerja yang bagian kerjaannya juga sama kukerjakan. Kehilangan dan kemudian menemukan partner lain. Sedihnya double :”(

Pada akhirnya, begitulah jalannya.. rekan kerja tidak akan selamanya bersama kita. Kita pun akhirnya juga tidak bisa membersamai rekan kerja kita kelak karena pekerjaan itu relasi secara bisnis. Bisa terputus kapan saja tergantung bagaimana perusahaan tersebut. Yah, itulah yang bisa aku ambil dari perjalananku kehilangan rekan kerja.

Kehilangan hape. Tepat dua hari sebelum lebaran, hapeku jatuh di jalan. Waktu itu aku sedang perjaalanan pulang selepas pergi bersama temanku. Hape dalam kondisi mati dan aku taruh di saku jaket. Padahal aku juga bawa tas kecil, tapi sayangnya karena buru-buru jadi aku Cuma menaruhnya di saku jaket. Sebuah kebodohan yang aku lakukan sendiri. Waktu itu aku di jalan besar dengan kondisi lampu hijau sudah menyala, aku yang hanya berhenti sebentar lalu buru-buru jalan. Sempat merasa ada yang menjatuhi kakiku, tapi aku nggak ngeh kalau itu ternyata hapeku. Sewaktu aku sampai di rumah temanku, aku mencari hapeku dan ternyata sudah tidak ada. Aku kembali ke jalan yang sempat aku lewati dan mencari-cari di sana. Ternyata sudah tidak ada. Aku panik dan hanya bisa menangis sepanjang jalan. Aku pulang ke tempat mbakku dan meminta tolong mbakku untuk menelepon dan ternyata hapenya sudah tidak aktif. Aku aktifkan aplikasi Find My Phone juga tidak bisa mendeteksi keberadaan hapeku. Aku malam itu pasrah. Sepertinya memang bukan rezekiku, pikirku.

Paginya aku buru-buru ke GraPARI untuk mengurus nomor teleponku dan beruntungnya nomor teleponku bisa diselamatkan. Kontakku aman dan dataku juga aman. Alhamdulillah. Aku syukuri hal itu sebanyak-banyaknya. Setidaknya sudah aman. Hapeku tidak ditemukan lagi ya sudah tidak apa-apa yang penting dataku aman. Nomorku kembali. Itu saja sudah cukup. Cukup.

Kehilangan hape mungkin tidak seberapa, tapi kehilangan data-data jauh lebih serius. Pikirku setelah kehilangan hapeku. Aku menyesal sendiri karena tidak menyimpan hapeku dengan baik tapi aku kemudian mensyukuri hal tersebut karena dari sana aku belajar untuk menyimpan segala sesuatu dengan baik, aku belajar untuk menjaga sesuatu dengan lebih baik lagi, dan merelakan apa yang bukan milikku. Iya, hapeku. Bukan milikku lagi karena aku telah kehilangannya. Kalau kata pakdeku, “yowis sing tenang, tandane hapemu dudu rezekimu. muga-muga oleh ganti sek liyane”. Begitulah nasihatnya sewaktu lebaran aku berkunjung ke rumahnya. Ohiya translate: “yaudah yang tenang, tandanya hape kamu bukan rezekimu. semoga dapat ganti yang lainnya.” Kalimat singkat yang menenangkan! J

Selalu ada pelajaran berharga dibalik kehilangan segala sesuatu dalam hidup kita. Kehilangan sekecil apapun itu namun ia selalu menjadi pertanda bahwa apapun yang menjadi milik kita, maka akan kembali lagi kepada kita. Kehilangan di bulan Mei menjadi pelajaran bagiku untuk lebih berhati-hati lagi dan lebih menghargai apa yang sedang kumiliki saat ini.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar