Sabtu, 31 Oktober 2020

[REVIEW BUKU]: Wanita yang Merindukan Surga – Esty Dyah Imaniar

“Untuk membangun peradaban yang baik, kita perlu ilmu. Tapi, sebelum menguasai ilmu, kita terlebih dahulu mesti memperbaiki adab.” – hal. 163


Judul Buku:  Wanita yang Merindukan Surga
Penulis:  Esty Dyah Imaniar
Penerbit:  Buku Mojok
Tebal  Buku:  184 halaman
Terbit:  Cetakan pertama, Februari 2019
ISBN:  978-602-1318-87-4
IDR:  70.000

SINOPSIS :
Bagaimana bisa naik kelas ngomongin hijrah dan peradaban kalau diajak berprestasi setelah hijrah saja banyak alasan?
(Hijrah Penampilan, Wanita yang Merindukan Surga)

“Cara berpikir bertahap, berproses, fokus pada keahlian, fokus pada substantif, fokus pada kontribusi, adalah hal yang ingin disampaikan dan mendasari seluruh pemikiran kritis terhadap pemaknaan hijrah dalam buku yang ditulis Esty ini. dengan caranya yang kritis, dan gaya tutur yang dialogis, buku ini menjadi salah satu buku penting untuk dibaca oleh mereka yang sedang terus-menerus berhijrah.”
S. Intan Savitri (Izzatul Jannah)
Praktisi dan Konselor Narrative Writing Therapy

REVIEW :
Buku Wanita yang Merindukan Surga ini membahas tentang fenomena hijrah yang belakangan ini marak dikampanyekan. Berbagai media sudah menjadi sarana untuk mengkampanyekan tentang konsep hijrah. Sayangnya, konsep hijrah yang saat ini dikampanyekan berbeda dengan konsep hijrah yang sebenarnya atau dasar dari konsep hijrah itu sendiri. Berikut makna hijrah menurut KBBI, yaitu:

Hij.rah
1) n perpindahan Nabi Muhammad saw. Bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah 
untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah;
2) v berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya).

Penyederhanaan konsep hijrah sebagai perpindahan dari perilaku buruk ke perilaku baik lebih cocok disebut taubat, bukan hijrah. Sebab, secara historis orang-orang yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah sudah berperilaku baik. Mereka berhijrah seperti apa yang telah diterangkan KBBI tentang pengertian hijrah di atas. 

Ketika konsep taubat (yang sayangnya) superfisial itu sekarang marak dikampanyekan sebagai sunah hijrah, persepsi orang jadi semakin blunder. Bisa dibilang hijrah ala taubat yang dikampanyekan saat ini hanya berfokus pada perubahan gaya hidup. Padahal konsep taubat dalam Islam meliputi pemikiran, nilai, aktivitas, baru gaya hidup. Bahkan menurut Al-Ghazali, taubat dalam aspek pemikiran sebenarnya jauh lebih mendesak daripada taubat  perbuatan karena pemikiran adalah mata rantai pertama setiap perilaku manusia. 

Di dalam buku Wanita yang Merindukan Surga ini merangkum lima jalan hijrah diantaranya adalah hijrah penampilan, pergaulan, perasaan, pekerjaan, dan pengajian.

೦೦೦೦೦

Buku Wanita yang Merindukan Surga ini membawa saya pada pengalaman hijrah beberapa tahun yang lalu. Saya bukan anggota hijrah lama, saya anggap termasuk geng hijrah baru. Saya juga sempat mencicipi hijrah yang berbagai media tawarkan. Mulanya dulu saya melihat film-film Islami mulai diproduksi dan diangkat ke layar lebar. Juga, beberapa buku berbentuk novel Islami yang sedang booming kala itu. Meskipun sebenarnya film maupun buku tersebut bukan dasar menjadi dasar hijrah saya, namun momentum nge-hype tersebut ada disaat saya mulai tertarik mempelajari Islam lebih dalam.

Buku setebal 184 halaman ini mengupas fenomena hijrah yang belakangan ini semakin marak dan membuat orang-orang tertarik untuk berhijrah. Ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya, Mbak Esty seperti sedang bercerita bagaimana ia menjadi seseorang yang sudah melakukan hijrah sejak lama. Tanpa terkesan menggurui dan nyinyir, buku ini menangkap fenomena yang kemudian dikaitkan dengan keilmuan Islam sebagai dasar konsep hijrah yang sebenarnya. Hal ini menjadikan buku Wanita yang Merindukan Surga bukan hanya bacaan bergizi, namun juga bacaan yang kritis.

Nah, berikut ini adalah rangkuman dari buku Wanita yang Merindukan Surga, yang menjadi highlight atau perhatian saya ketika membaca buku ini:
  1. Hijrah Penampilan
    Pakaian adalah identitas, because you are what you wear
    Esensi berubah penampilan dari tidak syar’i menjadi syar’i, tidak lantas menjadi alat
            screening kondisi keimanan seseorang
    Seharusnya pemikiran lebih penting ketimbang jilbab yang dipakai
  2. Hijrah Pergaulan
    Perbedaan mencolok terhadap saudara dan orang luar karena penerapan konsep al wala wal
            bara. Bagi yang keluar jamaah dimusuhi, yang didalam dipuji dan manis perhatian, tapi
            persaudaraan sesempit al wala wal bara.
    Pasca hijrah seharusnya tetap berhubungan baik dengan teman-teman jahiliyah seperti kisah
            Shafiyya r.a.
    Fenomena dakwah MLM yang berfokus pada kuantitas, namun sebenarnya   
            merekomendasikan kebenaran (dakwah) ada ilmunya, ada waktunya, dan ada adabnya.
  3. Hijrah Perasaan
    Fenomena hijrah justru bikin baper dan bertanya kapan jodoh datang. Hal ini dipengaruhi
            oleh media maupun teman hijrah yang salah.
    Daripada galau lebih baik memikirkan untuk memaksimalkan peran peradaban.
  4. Hijrah Pekerjaan
    Fenomena bank = riba. Orang berbondong-bondong keluar dari bank tapi yang bekerja di
            pertambangan/pabrik tekstil tidak masalah.
    Fenomena dagang dengan label “syar’i” mulai dari fast fashion, atribut fashion, pengajian,
            sekolah.
  5. Hijrah Pengajian
    Fakta: ada pengajian yang menganggap hanya golongan tersebut yang masuk surga
            sementara yang lain masuk neraka.
    Jangan nunggu Islam tegak, harus tetap bergerak. Tapi belum ada kesadaran karena Allah
            cuma ada di mimbar masjid tidak dalam kehidupan sehari-hari.

Dari kelima jalan hijrah di atas, bagi saya sendiri yang paling mengena adalah hijrah perasaan, karena fase terberat ada di sana dan tidak mungkin seseorang tidak diliputi perasaan setiap saat. Kemudian, fase pergaulan juga menjadi salah satu yang mengena untuk saya, karena dulu sempat merasakan pergaulan yang dibatasi membuat saya sangat menjaga pergaulan waktu itu. Lagi dan lagi, membaca buku ini seperti saya juga sedang membaca pengalaman saya beberapa tahun yang lalu, tapi saya juga diajak menyelami berbagai fenomena yang luput dari pandangan saya sendiri. Benar-benar wahhh buku ini bagi saya! 😁

೦೦೦೦೦

Saya merekomendasikan buku Wanita yang Merindukan Surga kepada teman-teman yang ingin hijrah maupun sudah hijrah. Baik ikhwan maupun akhwat, karena tidak masalah walaupun ditulis oleh seorang perempuan, tetap buku ini sangat bergizi dan bermanfaat untuk melihat fenomena hijrah yang semakin marak belakangan ini. Saya memberi 4 bintang untuk buku Wanita yang Merindukan Surga.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya. See ya! 😉

KUTIPAN TERBAIK
“Di atas khauf (ketakutan) dan raja’ (harapan) terdapat pilar terkuat, yaitu mahabbah (cinta).” – hal. 179.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar