Jumat, 01 April 2016

Pada Akhirnya.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat malam hujan, dua hari lengkap sudah dengan rintik air-mu. Meski tidak terlalu deras, tapi mampu membasahi tubuh ini. Hujan, sampaikan perahu kertasku ini.. pada akhirnya, aku sudah tahu jawabnya.

Dear hujan, titip lagi perahu kertas ini. Jangan pernah bosan bila aku menitipkan secarik kata diatas sebuah perahu kertas. Semoga ini jawaban yang tepat dari segala cerita yang pernah dilewati.

Rabu, 30 Maret 2016. Tepat saat itu aku harus menghadiri sebuah acara doa bersama di sekolah bersama ayahku. Tapi tidak. Tidak dengan rencana itu. Sehari sebelum acara itu terlaksana, aku membatalkannya. Alasan sederhana dimasa lalu mampu merobohkan segala keyakinanku. Dan segala hal masa lalu yang ikut terbawa untuk menjadi pertimbangan. Hujan, dosa-kah aku? Aku tidak tahu. Aku tidak bisa memastikannya. Yang jelas, masa lalu yang menyakitkan itu kembali menyeruak begitu saja. Tak pernah bisa diungkapkan dengan kata. Sekalipun diungkapkan, tak sampai kata itu meluncur dengan deras. Air mata-lah yang mampu menjelaskannya.

Kamis, 31 Maret 2016. Tidak tahu ada apa dengan sore itu. Pertanda apa yang sesungguhnya ditunjukkan oleh-Nya. Aku tidak pernah mengetahuinya. Aku hanya bisa mengjalaninya. Tepat sore itu, dibawah rintik airmu, aku menemukan sebuah keganjilan yang tak ku mengerti. Tak dapat ku artikan. Lantas aku bisa apa? Menyerah. Antara percaya itu realistis atau hanya sekedar harapanku saja. Hah! Beda tipis. Basi. Tanpa ada angin, hanya ada hujan. Tahu-tahu kata-kata itu meluncur dengan lancar. Maksudnya apa? Secuil perhatian? Hhh, hanya menambah teka-teki saja. Tak pernah bertemu kepastian. Nggantung. Justru ini bukan saat yang tepat. Sudah hampir putus asa aku menghadapi segala kerumitan kenyataan ini. Bahkan sudah memupuk dalam-dalam harapan yang pernah singgah sebentar itu. Karena aku tahu, hal yang aku impikan itu hanyalah sekadar khayalan saja. Tak akan pernah jadi kenyataan. "Suatu saat akan ada sendiri kok," singkat saja harapanku untuk membesarkan hati ini. Lupakan saja hal ini. Anggap saja tidak pernah terjadi. Harapan tidak akan pernah sama dengan kenyataan. Kebesaran harapan pun hanya akan menyakiti hati diri sendiri. Untuk apa? Tidak penting.

Pada akhirnya, aku tahu.. semuanya dalam mimpiku itu tidak akan seperti kenyataan dalam kehidupan. Segala kekecewaan itu menguatkan. Tidak terbatas pada siapa pun, dimana pun, apapun. Dan kehidupan ini telah dirancang sedemikian rupa oleh-Nya, dengan kekecewaan yang menguatkan, bahagia yang harus disyukuri. Seberapa pun dan apa pun keadaannya. Begitulah jalannya. Jalani saja. Mengalir-lah seperti perahu kertas yang diantarkan menuju peraduannya oleh hujan yang turun.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar