Rabu, 02 September 2020

dua sisi

Ada suatu perasaan untuk memilih menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan semua yang terjadi karena diri sendiri, bukan orang lain. Kejadian di masa lalu, kejadian saat ini, bahkan mungkin kejadian yang terjadi nanti.. ingin sekali rasanya untuk memilih menyalahkan diri sendiri saja.


Jadi orang tidak perlu canggung, meminta maaf, dan pergi dari hidupku. Terbiasa menghadapi penolakan dan ketidakadilan sejak kecil membuat diri sendiri tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama. Jadi kalau ada apa apa lebih baik menyalahkan diri sendiri daripada orang lain.

Sayangnya.. dunia tidak begitu. Semua orang memiliki hak untuk disalahkan dan menyalahkan. Kalau maunya menyalahkan diri sendiri, bukankah itu justru menyakiti diri sendiri? Sayangnya membuat orang lain mengerti dan memahami bahwa setiap orang memiliki keterbatasannya masing-masing itu tidak mudah. Membuat orang lain menyadari bahwa ia tidak bisa mengubah seseorang menjadi yang ia mau itu sangat mustahil dilakukan. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri. Bahkan itu suatu keharusan karena setiap manusia mempunyai keunikannya masing-masing. Tapi bagaimanakah mengalahkan perasaan bersalah atas segala yang terjadi itu? Bagaimana caranya membuat orang tidak merasa canggung atas kesalahannya yang diperbuat kepada kita maupun kesalahan yang kita perbuat kepadanya?

~

Kadang ku pikir-pikir keadaan semacam ini seperti sedang mengalah atas segala sesuatu yang terjadi. Seperti sore ini sedang menasehati adik sepupu, aku kembali diingatkan untuk mengalah. Sejak kecil diberitahu bahwa mengalah bukan berarti kalah, hal itu menjadi satu peranan penting dalam hidupku. Mungkin, dari sini juga ternyata aku cukup mampu menerima semua hal yang terjadi, meskipun terkadang terselip rasa berat hati, tapi pada akhirnya aku tetap bisa menerima. Yah, tentunya itu bukan hal yang baik untuk kesehatan jiwa.

Semacam terdapat kesinambungan antara menyalahkan dan mengalah. Sore ini menasehati adik sembari menasehati diri sendiri. Menyalahkan sesuatu bukan hal yang salah dan mengalah juga bukan hal yang salah. Justru dari keduanya bisa diambil suatu hikmah dan tindakan agar tidak menyesali apa yang terjadi dan mampu melangkah kembali. Bayangkan jika dari suatu kejadian, kita justru menyesalinya, lantas apakah semuanya bisa kembali seperti semula? Kemudian, bayangkan jika dari suatu kejadian, kita justru tidak mengambil tindakan, bukankah persoalan itu menjadi berlarut-larut dan tidak segera selesai?

~


Ada kalanya perlu menyalahkan diri sendiri dan ada kalanya perlu mengalah saja. Menyalahkan diri sendiri agar kita mengerti bahwa kita tahu diri dan tahu batas sebagai manusia biasa yang tidak luput dari suatu kesalahan. Mengalah saja agar kita mengerti bahwa sebagai manusia biasa tidak akan selalu menang. Ada kalanya roda kehidupan kita berada diatas: memenangkan suatu persoalan, tetapi ada kalanya roda kehidupan kita berada dibawah: dikalahkan oleh suatu persoalan.

Kepala rumit membingungkan mana yang lebih tepat antara menyuarakan sesuatu yang ada dalam pikiran meskipun itu belum tentu baik dan benar atau memendam sesuatu meskipun itu tidak selalu baik untuk perasaan. Hatinya riuh merasakan bagaimana caranya mengentaskan perasaan bersalah akan suatu hal, apalagi jika kesalahan itu tidak dibuat oleh diri sendiri melainkan orang lain. Ini semacam menjadi seseorang yang sensitif itu seperti berada dalam dua sisi: peka dan nggak enakan.

Yah, hidup.. lagi-lagi masih tentang dua sisi.
~
Yogyakarta, 02 September 2020
Terinspirasi dari tengah malam browsing untuk mengentaskan perasaan menyalahkan diri sendiri dan sore hari tadi sedang menasehati adik untuk mengalah.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar