Selasa, 28 Mei 2019

[REVIEW BUKU]: RULES OF LOVE – PANDUAN CINTA NO BAPER BAPER CLUB

“You’ll never have that kind of relationship in a world where you’re always afraid to take the first step because all you see is every negative thing ten miles down the road” – Good Will Hunting
Judul Buku:  Rules Of Love
Penulis:  Esty Dyah Imaniar
Ilustrator:  Maryati
Penerbit:  Metagraf (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Tebal  Buku:  184 halaman
Tahun Terbit:  2018 (Cetakan Pertama)
ISBN:  978-602-6328-66-3
IDR:  40.000

SINOPSIS :
“Love, love is a verb. Love is a doing word.” – Massive Attack, Teardrop
Cinta nggak sekadar kata-kata manis ala-ala film romantis. Cinta itu tindakan. Sebuah ungkapan tulis dari hati dan jiwa. Cinta bukan hanya keinginan untuk terus menerus meminta. Cinta adalah kesediaan. Kerelaan untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, orang lain, alam semesta, dan Sang Pencipta.

REVIEW :
Buku Rules Of Love ini merupakan buku pertama dengan genre self improvement yang saya review. Awalnya saya merasa ragu, kalau buku ini tidak selesai dibaca dan tidak akan di-review. Saya juga sempat mengira kalau buku Rules Of Love akan sulit dipahami, tetapi ternyata tidak. Saya cuma membutuhkan satu minggu untuk menuntaskannya, waktu yang lumayan cepat untuk seorang pembaca pemula genre ini.

By the way, ngomongin soal cinta itu.. siapa sih saya? Anak kemarin sore yang tidak tahu apa definisi cinta sebenarnya. Terlalu banyak definisinya ketika mencari di KBBI, sedangkan cinta bukan tentang definisi, melainkan tentang perasaan.

⭘⭘⭘⭘⭘

Banyak yang mendefinisikan cinta sebatas hubungan antara laki-laki dan perempuan saja, padahal hubungan seorang ibu dengan anaknya juga merupakan cinta. Sama seperti mbak Esty, saya juga memandang cinta lebih dari sekadar hubungan antar lawan jenis. Cinta bisa dilakukan kepada siapa saja dan apa saja, seperti cinta kepada diri sendiri, kepada orang-orang terdekat kita, bahkan cinta kepada Sang Pencipta.

Dulu, saya pernah mempertanyakan apa itu cinta. Hanya karena saya merasa saya tidak mendapatkannya sebagaimana mestinya. Padahal jika dipikir-pikir saya tetap mendapatkannya, meski dalam porsi yang berbeda. Seketika saya sadar kalau hal-hal yang terjadi dalam hidup saya merupakan bagian dari cinta.

Kalau ditanya: pernah patah hati? Pernah! Saya seringkali kecewa dengan harapan-harapan saya sendiri. Sayangnya, saya juga sering mengulangi hal yang sama, lalu ketika sudah melakukannya lagi dan lagi saya sering menyalahkan diri sendiri. Saat itu saya cuma diam dan lebih banyak memendam. Sifat-sifat saya inilah yang menyebabkan saya seringkali tidak galau soal cinta. Padahal, saya juga tetap galau. Rasanya ingin menangis karena saya tipikal orang yang susah untuk mengungkapkan cinta. Apalagi disuruh menyatakan cinta itu sendiri, saya tidak bisa.. 😭😭😭

Kebingungan-kebingungan itu yang membuat saya menganggap bahwa saya sulit untuk jatuh cinta, padahal sebetulnya saya cuma tidak mau jatuh cinta terlalu dalam. Disini letak dimana saya tidak jujur kepada diri saya sendiri. Dalam buku Rules Of Love ini dibahas, hal yang perlu dilakukan adalah self talk, berbicara kepada diri sendiri tentang apa sih yang sebenarnya kita pengen? Coba sediakan waktu buat sendiri just to listen and question your thought.

Saat kita sudah tahu apa yang sebenarnya kita inginkan, kita akan memasuki fase in love. Fase dimana seharusnya kita menyadari bahwa cinta seperti apa yang seharusnya kita hadirkan untuk orang yang kita cintai. Salah satu kunci dalam hubungan adalah jujur kepada orang yang kita cintai, entah kepada pasangan, orang tua, sahabat, atau pun teman. 

“In the end, the whole of life becomes an act of letting go. But what always hurt the most is not taking a moment to say goodbye” – Life Of Pi

Kemudian, kita akan memasuki fase in relationship. Menurut saya, fase ini yang dibutuhkan cuma satu: waktu. Pernah nggak kecewa karena kita melewatkan waktu sama orang-orang yang kita cintai? Pasti pernah! Saya juga begitu.. banyak sekali momen terlewati tanpa bersama keluarga saya sendiri. (yaaa, it’s been a long story). Tetapi beruntungnya, saya masih diberi kesempatan untuk bisa melewati momen-momen lainnya. Sayangnya, kadang-kadang terlalu banyak menghabiskan waktu bersama orang yang kita cintai, membuat kita lupa untuk mencintai diri kita sendiri. Kita sering menghadiahkan mereka tidak hanya berupa waktu, mungkin barang-barang yang mereka sukai, tetapi kita tidak melakukan hal yang sama terhadap diri kita sendiri. Bukannya egois, tetapi seharusnya kita juga sayang terhadap diri kita sendiri. Saya suka dengan salah satu tulisan di buku ini: “Di dunia yang kejam ini, tidak perlu menunggu seseorang untuk mencintai kita agar bisa bertahan. Kitalah yang pertama-tama harus menjadi orang yang mencintai diri kita sendiri. Melakukan apa yang orang lakukan pada orang yang dicintai untuk diri kita. Termasuk dengan menghadiahkan me day untuk seharian membahagiakan diri.”

Fase terakhir adalah fase-fase merelakan. Good Goodbye. Saat hubungan yang diperjuangkan ternyata harus berakhir, bukan berakhir bahagia tetapi berakhir pada perpisahan. Bagian terberat dari perpisahan adalah merelakan. Meski sejatinya perpisahan tidak dapat dihindari dalam sebuah hubungan, tetapi ketika kita gagal memperjuangkan apa yang kita cintai, membuat kita bertanya tentang kualitas dan nilai diri. Pantaskah kita dicintai? Salahkah kita mencintai? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat kita menyalahkan diri sendiri. Kita cenderung murung terhadap diri kita sendiri, padahal masih banyak cinta yang menunggu di masa depan. 

⭘⭘⭘⭘⭘

Whoaaa! Akhirnya, selesai me-review buku Rules Of Love. Senangnyaaa! 😻 Bagi saya, buku ini sangat worth it sekali. Beberapa bulan yang lalu saya memang mempertanyakan: apa itu cinta?. Meski rasanya tidak normal karena di usia saya saat ini sedang mempertanyakan cinta, tetapi saya menikmati alurnya. Yaaa, tetap saja, saya juga golongan dari falling in love with people I can’t have. Tetapi tidak ada salahnya untuk belajar mencintai, untuk menjawab pertanyaan saya dan untuk mengobati apa yang seharusnya diobati dalam diri saya. 😊

Kalau ngobrolin soal cinta, apa selalu baper? Eits, nggak dong! Sesuai dengan tagline di buku ini "Panduan Cinta No Baper-Baper Club", membaca buku Rules Of Love sama sekali tidak bikin saya menjadi baper. Punya perasaan memang kodratnya setiap manusia, tetapi baper adalah pilihan. Jadi, kamu memilih baper atau tidak? Saya sih enggak~ Hehe..

Untuk genre self improvement rasanya buku Rules Of Love tidak terlalu berat untuk dibaca hingga tuntas. Mbak Esty merancang buku ini tidak hanya berdasarkan pengalamannya saja, juga disertai dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Sehingga, buku ini tidak terkesan menggurui, tetapi memberi pengetahuan dan perspektif baru bagi pembacanya. 

Buku Rules Of Love menggunakan bahasa yang ringan, ditambah dengan ilustrasi karya Mbak Maryati. Membaca buku Rules Of Love tidak membuatnya bosan, lembar demi lembar mudah untuk dipahami. Saya merekomendasikan buku ini untuk teman-teman yang sedang mengalami love crisis, atau mungkin kasusnya sama seperti yang saya alami. Sangat sangat recommended, gaes! xD Buku Rules Of Love ini saya beri 5 dari 5 bintang.

Beberapa cuplikan dari buku Rules Of Love :



THE BEST QUOTES
“Sebab kata Sujiwo Tejo, cinta itu nggak butuh pengorbanan. Begitu kamu merasa berkorban, maka sesungguhnya kamu sudah nggak cinta” – Rules Of Love (hlm. 120)
Share:

4 komentar:

  1. Wah boleh kak buku motivasi juga d upload ya wkkwkw😁😁😁😍😘

    BalasHapus
  2. Wah itu fase2 org jatuh cinta sampai akhirnya patah hati yaa. Nah kalau masih sama-sama ada fase lain engga ? yg happy ending gitu hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada kok, fase in relationship atau fase merelakan. Jatuh cinta kan nggak cuma sekali dan endingnya ngggak selalu happy. Tetapi meski begitu, fase setiap orang tetap sama. Nah, buku ini membahasnya :)

      Hapus